Lompat di Detik Terakhir, IHSG Ditutup Menguat

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 February 2019 17:03
Lompat di Detik Terakhir, IHSG Ditutup Menguat
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan di bursa saham tanah air pada hari ini berlangsung menegangkan. Dibuka menguat 0,29% ke level 6.552,06, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemudian berhasil memperlebar penguatannya menjadi 0,75% ke level 6.581,73. IHSG lalu bergerak dengan nyaman di zona hijau.

Sekitar 30 menit menjelang penutupan perdagangan, IHSG jatuh hingga titik terendahnya di level 6.516,44 (-0,25% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, 31/1/2019). Pada saat penutupan perdagangan, IHSG sudah kembali ke zona hijau. IHSG menguat 0,09% ke level 6.538,64.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona merah: indeks Hang Seng turun 0,04%, indeks Straits Times turun 0,08%, dan indeks Kospi turun 0,06%.

Hasil negosiasi dagang AS-China yang bisa dibilang membingungkan, memantik aksi jual di kawasan regional. Pada hari Rabu dan Kamis, AS dan China menggelar negosiasi dagang tingkat tinggi yang melibatkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Perdana Menteri China Liu He, Gubernur Bank Sentral China Yi Gang, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Lighthizer mengatakan, kedua belah pihak mencapai perkembangan yang besar dalam isu-isu mendasar yakni perlindungan kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa. Perkembangan tersebut termasuk mekanisme verifikasi untuk memastikan China menjalankan segala komitmennya, seperti dilansir dari Reuters.

Namun, Executive Vice President and Head of International Affairs dari U.S. Chamber of Commerce, Myron Brilliant, mengatakan masih ada perbedaan-perbedaan yang signifikan di antara kedua belah pihak seiring dengan tidak adanya proposal baru dari China untuk memenuhi tuntutan AS yakni mengakhiri transfer teknologi secara paksa, subsidi pemerintah untuk sektor industri yang besar, serta undang-undang yang mendiskriminasi perusahaan asal AS terkait digital trade.

Lantas, perang dagang menjadi mungkin untuk tereskalasi. Apalagi, Gedung Putih dalam sebuah pernyataan sudah menegaskan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar akan tetap dinaikkan menjadi 25% (dari yang saat ini 10%), jika kesepakatan dagang tak juga tercapai hingga 2 Maret.

Memang, masih ada harapan mencapai kesepakatan dagang. China mengundang Mnuchin dan Lighthizer untuk memboyong delegasi AS ke Beijing untuk berdialog pada pertengahan Februari.

Kemudian, Presiden AS, Donald Trump, juga berencana menggelar pertemuan dengan Presiden China, Xi Jinping. Kabarnya, pertemuan ini akan digelar pada akhir Februari pasca Trump melakukan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Namun tetap saja, waktu terus menipis dan investor dibuat panik karenanya.
Sektor jasa keuangan (+0,72%) menjadi salah satu motor penguatan IHSG. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) naik 3,17%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 2,01%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,93%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,82%.

Investor begitu gencar memburu saham-saham bank BUKU 4 seiring dengan rendahnya angka inflasi Indonesia. Pada pagi hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka inflasi periode Januari 2019 di level 0,32% MoM, sementara inflasi secara tahunan berada di level 2,82%. Capaian ini berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia di level 0,5% MoM (3,01% YoY).

Dengan inflasi yang rendah, maka tekanan bagi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi mereda. Apalagi, selepas menggelar rapat selama 2 hari yang berakhir pada 30 Januari waktu setempat, The Federal Reserve selaku Bank Sentral AS lagi-lagi mengeluarkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan. 

"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.

Jika suku bunga acuan tak dinaikkan, maka tekanan terhadap profitabilitas bank-bank BUKU 4 akan menjadi mereda. Sepanjang tahun 2018, kenaikan suku bunga acuan telah menyebabkan marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) dari bank-bank BUKU 4 menipis.

Investor asing terlihat begitu gencar dalam memburu saham-saham bank BUKU 4. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dikoleksi investor asing senilai Rp 296 miliar, terbesar dibandingkan beli bersih atas saham-saham lainnya. Di Urutan kedua, ada saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang dikoleksi senilai Rp 219,7 miliar. Sementara itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) masing-masing dikoleksi senilai Rp 86,8 miliar dan Rp 22,8 miliar.

Secara total, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 682,9 miliar di pasar saham tanah air.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular