
Mata Uang Tetangga Jadi Pesakitan, Rupiah Libas Dolar AS
Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 February 2019 08:59

Hasil pertemuan The Federal Reserve selaku Bank Sentral AS masih menjadi bensin bagi mata uang Garuda. Mempertahankan suku bunga acuan di level 2,25-2,5%, The Fed lagi-lagi mengeluarkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Tak hanya lebih kalem dalam masalah normalisasi suku bunga acuan, The Fed juga secara tegas menyatakan bahwa pihaknya siap untuk mengubah skema perampingan neracanya. Sebagai informasi, pasca krisis keuangan global tahun 2008 silam, The Fed rajin membeli surat utang pemerintah dan mortgage-backed securities untuk menstimulasi perekonomian Negeri Paman Sam.
Pada puncaknya, neraca dari bank sentral sempat menyentuh angka US$ 4,5 triliun. Terhitung mulai Oktober 2017, The Fed mulai mengurangi besaran neracanya dengan tak lagi menginvestasikan porsi tertentu dari pendapatan yang diterima atas surat berharga tersebut.
“Komite siap untuk menyesuaikan setiap detil untuk menyelesaikan normalisasi neraca berdasarkan perkembangan ekonomi dan pasar keuangan,” papar The Fed dalam pernyataan resminya.
Sepanjang tahun 2018, rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia. Normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi The Fed membuat rupiah berada dalam posisi yang sulit. Kini ketika The Fed terlihat sudah semakin dovish, kinerja rupiah pun terangkat. (ank)
"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed.
Tak hanya lebih kalem dalam masalah normalisasi suku bunga acuan, The Fed juga secara tegas menyatakan bahwa pihaknya siap untuk mengubah skema perampingan neracanya. Sebagai informasi, pasca krisis keuangan global tahun 2008 silam, The Fed rajin membeli surat utang pemerintah dan mortgage-backed securities untuk menstimulasi perekonomian Negeri Paman Sam.
“Komite siap untuk menyesuaikan setiap detil untuk menyelesaikan normalisasi neraca berdasarkan perkembangan ekonomi dan pasar keuangan,” papar The Fed dalam pernyataan resminya.
Sepanjang tahun 2018, rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia. Normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi The Fed membuat rupiah berada dalam posisi yang sulit. Kini ketika The Fed terlihat sudah semakin dovish, kinerja rupiah pun terangkat. (ank)
Next Page
Angka Inflasi Menjadi Kunci
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular