
Alasan di Balik Rencana Mandiri Cari Utangan US$2 M
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
31 January 2019 10:17

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berencana untuk mencari pendanaan non konvensional hingga US$2 miliar. Dana ini didapatkan dari penerbitan obligasi, negotiable certificate deposit (NCD) dan pinjaman bilateral.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, likuiditas memang cukup ketat di awal tahun ini. Instumen surat utang yang berdenominasi dolar AS itu rencananya akan diterbitkan pada triwulan kedua 2019. Dana tersebut akan dipakai untuk mendukung ekspansi kredit valuta asing BMRI.
"Kita memang agak tough di LDR valas, makanya kita announce mau launch obligasi berkelanjutan 1-2 miliar dollar AS, di mana dieksekusi di triwulan 2 nanti," ujar Tiko, Rabu (30/1/2019) saat ditemui seusai acara Mandiri Investment Forum di Jakarta.
Dijelaskan Tiko, permintaan terhadap kredit dalam bentuk valas tinggi, namun dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) valas di dalam negeri dalam beberapa bulan terakhir ini masih minus. "Kalau ripuah gak ada, kalau yang valas mau gak mau ambil wholesale funding, ya," tutur dia.
Secara terpisah, Panji Irawan mengatakan rencana tersebut sudah masuk dalam rencana bisnis Bank Mandiri untuk mendukung ekspansi.
"Kami masuk untuk dapat terbitkan pendanaan berdenominasi dolar dengan obligasi, NCB dan bilateral loan. Itu sudah masuk bisnis plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valas besar," ujar Panji Irawan di Plaza Mandiri, Senin (7/1/2019) saat acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Mandiri.
Panji menambahkan untuk pengumpulan dana non konvensional, Bank Mandiri akan menerbitkan Medium Term Note (MTN), bilateral loan atau repo dengan nilai Rp 10 triliun. "Jadi kombinasi ini total keseluruhan Rp 40 triliun untuk 2019 saja. Pertumbuhan DPK [tahun ini] 10%," jelas Panji.
Kondisi likuiditas memang masih menjadi tantangan yang dihadapi perbankan Indonesia. Likuiditas tahun 2018 cukup menantang di mana DPK tumbuh hanya 8%. Pertumbuhan DPK melambat itu menyebabkan rasio kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) meningkat.
Pada tahun ini, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10% pada 2019 ini dan pertumbuhan kredit 12-13%.
(roy/roy) Next Article Diisukan Caplok Bank Permata, Ini Jawaban Bank Mandiri
Direktur Utama PT Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, likuiditas memang cukup ketat di awal tahun ini. Instumen surat utang yang berdenominasi dolar AS itu rencananya akan diterbitkan pada triwulan kedua 2019. Dana tersebut akan dipakai untuk mendukung ekspansi kredit valuta asing BMRI.
"Kita memang agak tough di LDR valas, makanya kita announce mau launch obligasi berkelanjutan 1-2 miliar dollar AS, di mana dieksekusi di triwulan 2 nanti," ujar Tiko, Rabu (30/1/2019) saat ditemui seusai acara Mandiri Investment Forum di Jakarta.
"Kami masuk untuk dapat terbitkan pendanaan berdenominasi dolar dengan obligasi, NCB dan bilateral loan. Itu sudah masuk bisnis plan untuk dukung ekspansi kami kalau nantinya kredit valas besar," ujar Panji Irawan di Plaza Mandiri, Senin (7/1/2019) saat acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Mandiri.
Panji menambahkan untuk pengumpulan dana non konvensional, Bank Mandiri akan menerbitkan Medium Term Note (MTN), bilateral loan atau repo dengan nilai Rp 10 triliun. "Jadi kombinasi ini total keseluruhan Rp 40 triliun untuk 2019 saja. Pertumbuhan DPK [tahun ini] 10%," jelas Panji.
Kondisi likuiditas memang masih menjadi tantangan yang dihadapi perbankan Indonesia. Likuiditas tahun 2018 cukup menantang di mana DPK tumbuh hanya 8%. Pertumbuhan DPK melambat itu menyebabkan rasio kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (LDR) meningkat.
Pada tahun ini, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10% pada 2019 ini dan pertumbuhan kredit 12-13%.
(roy/roy) Next Article Diisukan Caplok Bank Permata, Ini Jawaban Bank Mandiri
Most Popular