Gairah Pasar Membuncah, Rupiah Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2019 09:27
Gairah Pasar Membuncah, Rupiah Terbaik di Asia
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Segalanya memang sedang berjalan mulus bagi mata uang Tanah Air, sehingga keterlaluan kalau sampai melemah lagi. 

Pada Kamis (31/1/2019), US$ 1 setara dengan Rp 14.060 di perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,46% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya. 

Tidak cuma menguat, rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam hal menguat terhadap dolar AS, tidak ada mata uang Benua Kuning yang bisa menandingi rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 09:05 WIB: 



Angin memang sedang berpihak kepada rupiah dan kompatriotnya di Asia. Berbagai sentimen positif membuat investor berani masuk ke pasar keuangan Asia, sehingga menopang penguatan mata uang. 

Pertama, dolar AS sendiri sedang mengalami tekanan. Pada pukul 09:08 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,01%. 

Pelemahan dolar AS disebabkan oleh respons pasar terhadap hasil rapat perdana The Federal Reserves/The Fed pada 2019. Sesuai perkiraan, Jerome 'Jay' Powell dan rekan mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. 

Tidak selesai sampai di situ, The Fed lagi-lagi menelurkan pernyataan bernada kalem alias dovish. The Fed bakal lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan.

"Dalam situasi ekonomi global dan pasar keuangan saat ini, serta tekanan inflasi yang minim, Komite akan bersabar dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan berikutnya," tulis pernyataan The Fed. 

Situasi ini tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa kenaikan suku bunga, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang pemanis. Selain itu, ekspektasi inflasi juga bisa terangkat sehingga menggerus nilai mata uang ini. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kedua, hubungan AS-China sepertinya semakin membaik. Hari ini, akan dimulai dialog dagang antara Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer di Washington. Pelaku pasar berharap dialog ini akan menelurkan hasil positif. 

Untuk memperbaiki hubungan dengan Washington, Beijing pun siap melakukan reformasi. Seperti diberitakan kantor berita Xinhua, mengutip Reuters, parlemen China akan membahas aturan yang melarang pemaksaan transfer teknologi dan intervensi pemerintah yang ilegal terhadap investasi dari luar negeri. 

Isu tersebut sudah lama disuarakan oleh AS. Pemerintahan Presiden Donald Trump kerap kali mengkritik praktik investasi di China, yang mengharuskan investor asing melakukan transfer teknologi kepada perusahaan lokal. Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, itu yang selalu ditekankan oleh Negeri Paman Sam. 

"(Peraturan) ini adalah kebutuhan yang mendesak. Sebab dengan aturan yang ada akan sulit untuk memfasilitasi sistem yang berdasarkan kepada keterbukaan ekonomi," kata Fu Zhenghua, Menteri Kehakiman China. 

Rencana China yang bakal lebih ramah kepada investor asing tentu akan membuat AS gembira. Ini bisa menjadi kunci kesuksesan dalam proses damai dagang AS-China.  

Dua sentimen besar ini, yaitu kebijakan The Fed dan rencana China untuk lebih membuka perekonomiannya, menjadi obat kuat yang mujarab. Risk appetite pasar membuncah, dan arus modal mengalir deras ke negara-negara berkembang Asia termasuk Indonesia. 

Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,62% pada pukul 09:20 WIB. Sementara imbal hasil (yield) obligasi negara seri acuan tenor 10 tahun turun 2,5 basis poin. Penurunan yield adalah pertanda harga instrumen ini sedang naik karena tingginya minat pelaku pasar.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular