Koreksi Pasar Obligasi RI Berlanjut, Inversi Tak Tertahan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 January 2019 19:52
Inversi yield yang terjadi sejak 2 hari terakhir turut berakhir dengan koreksi yang lebih besar pada tenor panjang.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada penutupan pasar hari ini. 

Inversi yield yang terjadi sejak 2 hari terakhir turut berakhir dengan koreksi yang lebih besar pada tenor panjang.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan negara maju.  

Data Refinitiv menunjukkan harga SUN mengalami koreksi, yang tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri yang paling terkoreksi adalah FR0079 bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 2,1 basis poin (bps) menjadi 8,57%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Satu seri acuan lain yang juga terkoreksi adalah tenor 10 tahun dengan kenaikan yield menjadi 8,16%.

Tenor 5 tahun dan 15 tahun masih menguat tipis hari ini, tetapi penguatannya lebih tipis dibanding koreksi seri acuan lain.
 

Inversi yield yang terjadi pada tenor 15 tahun dan 20 tahun sejak 2 hari yang lalu juga sudah berakhir tadi pagi.  

Koreksi yang terjadi kemarin dan tadi pagi lebih besar pada tenor 20 tahun sehingga mengangkat yield-nya kembali ke atas tenor yang lebih pendek sehingga tidak terjadi lagi kurva yield terbalik (inverted yield curve).  

Yield Obligasi Negara Acuan 30 Jan 2019
SeriJatuh tempoYield 29 Jan 2019 (%) Yield 30 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 30 Jan'19
FR00775 tahun7.9977.994-0.307.9487
FR007810 tahun8.1428.1622.008.1417
FR006815 tahun8.5128.511-0.108.4931
FR007920 tahun8.5548.5752.108.5412
Avg movement0.92
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,23 poin (0,1%) menjadi 236,05 dari posisi kemarin 236,29. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 539 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,71% dari posisi kemarin 2,74% karena adanya serbuan ke aset yang dinilai lebih aman (safe haven) seperti US Treasury di tengah waswasnya pelaku pasar terhadap jalannya perundingan AS-China.

 Yield US Treasury Acuan 30 Jan 2019
SeriBenchmarkYield 29 Jan 2019 (%) Yield 30 Jan 2019 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.3882.4233 bulan-5 tahun-13.2
UST 20202 Tahun2.5912.5732 tahun-5 tahun1.8
UST 20213 Tahun2.5772.5523 tahun-5 tahun-0.3
UST 20235 Tahun2.582.5553 bulan-10 tahun-29.8
UST 202810 Tahun2.7442.7212 tahun-10 tahun-14.8
Sumber: Refinitiv 

Inversi yield yang terjadi pada US Treasury tenor 1 tahun terhadap tenor 2 tahun-5 tahun masih terjadi, dengan contoh inversi yang terjadi pada tenor 2 tahun-5 tahun sendiri pada 1,8 bps.  

Potensi inversi US Treasury 2 tahun-10 tahun juga semakin mengental dengan selisih yang semakin tipis di antara kedua seri tersebut. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 900,34 triliun SBN, atau 37,21% dari total beredar Rp 2.419 triliun berdasarkan data per 28 Januari.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 7,09 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,71% pada periode yang sama. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di Brasil, China, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, dan Thailand. 

Di negara maju, penguatan juga terjadi di hampir seluruh pasar yaitu di pasar bund Jerman, pasar OAT Perancis, pasar gilt Inggris, pasar JGB Jepang, dan pasar US Treasury di AS. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 29 Jan 2019 (%) Yield 30 Jan 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.078.99-8.00
China3.1593.093-6.60
Jerman0.2070.189-1.80
Perancis0.6120.601-1.10
Inggris 1.2691.257-1.20
India7.5467.5490.30
Italia2.6682.596-7.20
Jepang0-0.007-0.70
Malaysia4.0824.061-2.10
Filipina6.4816.475-0.60
Rusia8.318.3-1.00
Singapura2.212.171-3.90
Thailand2.452.39-6.00
Turki14.8114.34-47.00
Amerika Serikat2.7442.719-2.50
Afrika Selatan8.728.720.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article AS-China Makin Tak Jelas, Reli Harga SUN Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular