
Melemah Sendirian, Rupiah Paling Merana di Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2019 16:47

Mau bagaimana lagi, sentimen negatif yang membelit rupiah memang lumayan banyak. Pertama, rupiah sudah menguat tajam dalam beberapa waktu terakhir.
Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 1,74% di hadapan dolar AS. Penguatan rupiah menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
Penguatan rupiah yang luar biasa ini membuatnya rawan koreksi teknikal. Koreksi itu bisa terjadi kapan saja, dan sepertinya momen itu adalah hari ini.
Kedua, mendekati akhir bulan biasanya kebutuhan valas korporasi meningkat. Permintaan valas yang tinggi membuat rupiah mengalami tekanan jual sehingga nilainya melemah.
Ketiga, ada rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pertumbuhan investasi pada kuartal IV-2018 hanya 3,5%. Sementara sepanjang 2018, investasi tumbuh 4,1%.
Catatan ini jauh melambat dibandingkan 2017. Pada kuartal IV-2017, investasi tumbuh 12,7% sementara sepanjang tahun tumbuh 13,1%.
Ditambah dengan net ekspor yang kemungkinan besar negatif, perlambatan investasi tentu semakin membebani pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan sebesar 5,15%. Lumayan dibandingkan negara-negara lain, tapi jauh di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yaitu 5,4%.
Sentimen negatif dari data investasi ikut menambah beban rupiah. Begitu beratnya beban yang ditanggung membuat rupiah harus rela kesepian di zona merah, tidak ada mata uang Asia yang bersedia menemani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Sejak awal tahun, rupiah sudah menguat 1,74% di hadapan dolar AS. Penguatan rupiah menjadi salah satu yang terbaik di Asia.
Penguatan rupiah yang luar biasa ini membuatnya rawan koreksi teknikal. Koreksi itu bisa terjadi kapan saja, dan sepertinya momen itu adalah hari ini.
Ketiga, ada rilis data ekonomi yang kurang menggembirakan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat pertumbuhan investasi pada kuartal IV-2018 hanya 3,5%. Sementara sepanjang 2018, investasi tumbuh 4,1%.
Catatan ini jauh melambat dibandingkan 2017. Pada kuartal IV-2017, investasi tumbuh 12,7% sementara sepanjang tahun tumbuh 13,1%.
Ditambah dengan net ekspor yang kemungkinan besar negatif, perlambatan investasi tentu semakin membebani pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan sebesar 5,15%. Lumayan dibandingkan negara-negara lain, tapi jauh di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yaitu 5,4%.
Sentimen negatif dari data investasi ikut menambah beban rupiah. Begitu beratnya beban yang ditanggung membuat rupiah harus rela kesepian di zona merah, tidak ada mata uang Asia yang bersedia menemani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular