Sekadar Mengingatkan, Penguatan Rupiah Cuma 0,04%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 January 2019 08:30
Sekadar Mengingatkan, Penguatan Rupiah Cuma 0,04%
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Namun itu tidak lama, karena sejurus kemudian rupiah langsung berbalik menguat. 

Pada Rabu (30/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.092 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis cenderung flat di 0,01%. 

Akan tetapi pelemahan tersebut sangat temporer. Pada pukul 08:08 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.085 di mana rupiah menguat 0,04%. 

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,18%. Meski terlihat bahwa pelemahan rupiah relatif tipis, tetapi itu sudah cukup membuat mata uang Tanah Air sebagai yang terlemah di Asia. 


Pagi ini, dolar AS cenderung melemah di Benua Kuning. Selain rupiah, mata uang yang mampu menguat adalah yuan China, dolar Hong Kong, dolar Taiwan, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan dolar Singapura. 

Namun perlu dicatat bahwa penguatan rupiah cs ini sangat terbatas. Oleh karena itu, masih ada kemungkinan untuk kembali terperosok ke zona merah. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:11 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS tidak hanya loyo di Asia, tetapi juga secara global. Pada pukul 08:13 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,02%. 

Mata uang Negeri Paman Sam kembali ke posisi defensif karena pelaku pasar menantikan hasil rapat komite pengambil kebijakan The Federal Reserves/The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC). Pelaku pasar memperkirakan Jerome 'Jay' Powell dan sejawat masih mempertahankan suku bunga acuan di 2,25-2,5% atau median 2,375%. Menurut CME Fedwatch, peluang ke sana mencapai 100%. 

Investor juga berekspektasi akan ada pernyataan bernada kalem alias dovish. Beberapa waktu terakhir, sejumlah pejabat The Fed kerap mengeluarkan kalimat dengan tone yang kurang agresif. 


Tanpa dorongan kenaikan suku bunga acuan, dolar AS kehilangan daya pikatnya. Berinvestasi di mata uang Negeri Paman Sam menjadi tidak semenarik tahun lalu, sehingga perlahan investor melepas dolar AS. Rupiah dan mayoritas mata uang utama Asia diuntungkan dengan perkembangan ini.

Namun, sekadar mengingatkan, apresiasi rupiah cs masih sangat tipis. Bisa saja rupiah dan kompatriotnya di Asia berbalik melemah jika sampai ada kabar buruk dari hubungan AS-China.

Pada 30-31 Januari, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan berkunjung ke Washington untuk mengadakan dialog dagang dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Namun kemarin ada kejadian tidak mengenakkan, di mana AS resmi menjatuhkan tuntutan hukum kepada perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei. Tuduhan yang dikenakan adalah melakukan bisnis dengan pihak Iran (yang sedang menjalani sanksi) dan pencurian teknologi robotik milik T-Mobile. 

Beijing tidak terima dengan hal tersebut. Wen Ku, pejabat senior di Kementerian Industri dan Teknologi Komunikasi China, menyebut langkah AS tidak adil dan tidak bermoral. 

Dikhawatirkan kasus Huawei ini bisa menjadi penghalang bagi proses damai dagang. Friksi bisa kembali terpantik, dan jalan menuju damai dagang semakin jauh. Ini tentu menjadi sentimen negatif bagi aset-aset di negara berkembang.

Hati-hati, rupiah!  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular