
Rebutan Likuiditas Pemerintah Vs Bank Berlanjut di Tahun Ini
Monica Wareza, CNBC Indonesia
29 January 2019 17:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Bahana TCW Investment Managemen (BTIM) menyebutkan tahun ini akan terjadi tarik-tarikan likuiditas di pasar keuangan Indonesia. Sebab likuiditas perbankan yang tahun ini masih akan ketat, belum lagi pemerintah juga menggenjot penerbitan surat utang negara untuk ritel yang nilainya besar.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom BTIM Budi Hikmat mengatakan tahun ini akan terjadi perang bunga deposito antar bank akibat untuk menarik dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan. Di Indonesia saat ini saja DPK-nya dinilai masih cukup rendah, hanya mencapai 40% saja dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
"Kalau ekonomi digerakkan maka akan ada kelangkaan seperti pertempuran memperebutkan liquidity sehingga suku bunga deposito bergerak naik," kata Budi di Graha CIMB, Jakarta, Selasa (29/1).
Menurut dia, seharusnya untuk menghindari tarik-tarikan likuditas tersebut antar bank diharapkan dapat melakukan sharing likuiditas. Selain itu, pengelolaan likuditas perlu diperhatikan oleh Bank Indonesia.
Belum lagi tahun ini pemerintah sudah menetapkan jumlah penerbitan obligasi ritel Rp 80 triliun. Kondisi ini dinilai akan menambah ketat kondisi likuiditas di dalam negeri.
Adapun penerbitan surat utang ritel oleh pemerintah ini selain ditujukan untuk menutupi defisit APBN sekaligus memperdalam penetrasi pasar keuangan investor dalam negeri.
Salah satu jalan keluar yang bisa dilakukan oleh perbankan adalah dengan menerbitkan obligasi jangka panjang untuk tetap menjaga jumlah likuiditas di perusahaannya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article BNI Tanggapi Prediksi Orang Kaya Rem Simpan Uang di 2022
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonom BTIM Budi Hikmat mengatakan tahun ini akan terjadi perang bunga deposito antar bank akibat untuk menarik dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan. Di Indonesia saat ini saja DPK-nya dinilai masih cukup rendah, hanya mencapai 40% saja dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Belum lagi tahun ini pemerintah sudah menetapkan jumlah penerbitan obligasi ritel Rp 80 triliun. Kondisi ini dinilai akan menambah ketat kondisi likuiditas di dalam negeri.
Adapun penerbitan surat utang ritel oleh pemerintah ini selain ditujukan untuk menutupi defisit APBN sekaligus memperdalam penetrasi pasar keuangan investor dalam negeri.
Salah satu jalan keluar yang bisa dilakukan oleh perbankan adalah dengan menerbitkan obligasi jangka panjang untuk tetap menjaga jumlah likuiditas di perusahaannya.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy) Next Article BNI Tanggapi Prediksi Orang Kaya Rem Simpan Uang di 2022
Most Popular