
RI Perang Melawan CAD!
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
29 January 2019 10:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyatakan kondisi sistem keuangan dalam negeri normal dan berjalan dengan baik. Namun ada poin penting yang jadi pekerjaan rumah dan harus segera diselesaikan, yaitu defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, selaku anggota KSSK mengatakan, BI cukup agresif menaikkan bunga acuannya yaitu BI 7 days reverse repo rate. Terakhir di November 2018 lalu, BI menaikkan bunga acuannya menjadi 6%. Salah satu tujuan kenaikan suku bunga ini adalah untuk menurunkan CAD yang menjadi momok perekonomian Indonesia.
"Suku bunga kita itu memang diarahkan agar sebagai bagian bagaimana kita menurunkan CAD dan memastikan bahwa aset keuangan kita menarik secara global," ujar Perry saat konferensi pers KSSK di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Sebelumnya Perry pernah mengatakan, CAD Indonesia masih akan mengalami pembengkakan di kuartal IV-2018. BI memproyeksikan defisit tersebut akan ada di 3% dari PDB.
"Kemungkinan nilainya mencapai US$ 8,8 miliar di kuartal IV-2018," Perry beberapa waktu lalu.
Menurut Perry, walaupun transaksi berjalan defisit namun neraca modal jauh lebih besar angkanya. Sehingga hal ini membuat neraca pembayaran Indonesia atau NPI surplus.
"Sehingga di keseluruhan tahun 2018, NPI surplus mencapai US$ 4-5 miliar," kata Perry.
Di tahun ini, BI menargetkan CAD bisa ditekan di angka 2,5%.
Sementara Sri Mulyani di pada kesempatan yang sama hari ini mengatakan soal perbaikan CAD yang akan dilaukan dari sisi fiskal.
"Di 2019 ini pemerintah dari sisi fiskal akan terus menjaga pelaksanaan APBN dalam rangka mendorong ekspor dan investasi, agar menjaga momentum ekonomi Indonesia. Memperbaiki fondasi dari CAD, dan kita akan gunakan instrumen di APBN dan non APBN," ujar Sri Mulyani.
(wed/dru) Next Article CAD 2018 Melebar, Apa yang Terjadi?
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, selaku anggota KSSK mengatakan, BI cukup agresif menaikkan bunga acuannya yaitu BI 7 days reverse repo rate. Terakhir di November 2018 lalu, BI menaikkan bunga acuannya menjadi 6%. Salah satu tujuan kenaikan suku bunga ini adalah untuk menurunkan CAD yang menjadi momok perekonomian Indonesia.
"Suku bunga kita itu memang diarahkan agar sebagai bagian bagaimana kita menurunkan CAD dan memastikan bahwa aset keuangan kita menarik secara global," ujar Perry saat konferensi pers KSSK di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (29/1/2019).
"Kemungkinan nilainya mencapai US$ 8,8 miliar di kuartal IV-2018," Perry beberapa waktu lalu.
Menurut Perry, walaupun transaksi berjalan defisit namun neraca modal jauh lebih besar angkanya. Sehingga hal ini membuat neraca pembayaran Indonesia atau NPI surplus.
"Sehingga di keseluruhan tahun 2018, NPI surplus mencapai US$ 4-5 miliar," kata Perry.
Di tahun ini, BI menargetkan CAD bisa ditekan di angka 2,5%.
Sementara Sri Mulyani di pada kesempatan yang sama hari ini mengatakan soal perbaikan CAD yang akan dilaukan dari sisi fiskal.
"Di 2019 ini pemerintah dari sisi fiskal akan terus menjaga pelaksanaan APBN dalam rangka mendorong ekspor dan investasi, agar menjaga momentum ekonomi Indonesia. Memperbaiki fondasi dari CAD, dan kita akan gunakan instrumen di APBN dan non APBN," ujar Sri Mulyani.
![]() |
(wed/dru) Next Article CAD 2018 Melebar, Apa yang Terjadi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular