AS-China Tegang Gara-gara Huawei, Rupiah Jadi Korbannya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 10:32
AS-China Tegang Gara-gara Huawei, Rupiah Jadi Korbannya
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Arie Pratama)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs acuan hari ini. Rupiah juga bernasib sama di perdagangan pasar spot. 

Pada Selasa (29/1/2018), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.098. Rupiah melemah 0,43% dibandingkan posisi hari sebelumnya.  

Sementara di pasar spot, US$ 1 setara dengan Rp 14.085 pada pukul 10:04 WIB. Rupiah melemah 0,14%. 

Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berkutik di hadapan dolar AS. Namun posisi rupiah agak membaik setelah sempat merasakan dasar klasemen mata uang Benua Kuning. 


Kini rupiah tidak lagi jadi mata uang terlemah di Asia. 'Gelar' tersebut sekarang dipegang oleh baht Thailand, dolar Taiwan, dan won Korea Selatan di posisi ketiga terbawah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 10:08 WIB: 

 

Tidak hanya pasar valas, bursa saham Asia pun dihiasi warna merah. Pada pukul 10:12 WIB, indeks Nikkei 225 melemah 0,97%, Hang Seng minus 0,7%, Shanghai Composite berkurang 0,92%, Kospi turun 0,45%, dan Straits Times minus 0,53%. 

Apa yang terjadi?

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Investor sepertinya sedang grogi untuk masuk ke pasar keuangan Asia. Pasalnya, ada perkembangan terbaru dari hubungan AS-China dan itu bukan kabar gembira. 

AS resmi mengajukan tuntutan hukum kepada perusahaan telekomunikasi asal China, Huawei. Raksasa telekomunikasi ini dituding melakukan bisnis dengan pihak Iran yang sedang dikenakan sanksi oleh Negeri Adidaya. 

Tidak hanya itu, Huawei juga tersangkut kasus pencurian teknologi. Karyawan Huawei disebut mencuri teknologi robotik dari T-Mobile.  

"Tindakan Huawei merupakan bentuk eksploitasi terhadap perusahaan AS dan mengancam persaingan usaha yang sehat. Tindakan itu bisa membuat pemerintah negara lain untuk memodifikasi atau mencuri informasi, memata-matai, atau mengendalikan," tegas Direktur FBI Christopher Wray, mengutip Reuters. 

Merespons aksi AS, China pun meradang. Wen Ku, pejabat senior di Kementerian Industri dan Teknologi Komunikasi China, menyebut langkah AS tidak adil dan tidak bermoral. 

Ketegangan Washington-Beijing akibat kasus Huawei bisa mengancam proses damai dagang yang sedang dibangun oleh kedua negara. Apalagi pada 30-31 Januari nanti, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan bertandang ke Washington untuk melakukan dialog dagang dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. 

Kasus Huawei yang mengemuka bisa mengancam kelancaran dialog ini. Mungkin saja perdebatan akan memanas dan jalan menuju damai dagang terputus. 

Melihat situasi ini, pelaku pasar memilih bermain aman. Aset-aset berisiko di negara berkembang Asia mengalami tekanan jual. Hasilnya, rupiah dkk menjadi tidak berdaya.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular