Rupiah Terlemah di Asia dan Dekati Rp 14.100/US$, Kok Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2019 09:32
Rupiah Rawan <i>Profit Taking</i>
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Apa yang membuat rupiah terdampar ke dasar klasemen? Setidaknya ada dua alasan.  

Pertama, penguatan rupiah memang sudah agak kebangetan. Pekan lalu, rupiah menguat 0,63% terhadap dolar AS. Sejak awal tahun, penguatan rupiah mencapai 1,98%. 



Rupiah yang sudah menguat begitu tajam memancing investor untuk melakukan ambil untung. Mata uang Tanah Air rentan mengalami koreksi teknikal akibat apresiasi yang agak 'ugal-ugalan'. 

Kedua, harga minyak yang sempat anjlok sejak kemarin kini kembali terkerek. Pada pukul 09:11 WIB, harga minyak brent naik 0,17% dan light sweet bertambah 0,27%.  

Dini hari tadi, harga si emas hitam anjlok sampai nyaris 3%. Bahkan harga minyak masih terkoreksi secara mingguan, di mana brent turun 1,98% dan light sweet minus 0,48%. 

Harga minyak yang sudah murah kemudian menarik minat investor. Kemungkinan ada terjadi aksi borong yang mengatrol harga komoditas ini. 

Kenaikan harga minyak bukan berita baik bagi rupiah. Saat harga minyak naik, biaya impornya jadi semakin mahal sehingga mengancam neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account). Rupiah akan kekurangan pasokan devisa sehingga berpotensi melemah. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular