
Jelang Pertemuan The Fed, Dolar Ramai Diburu Investor
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 January 2019 18:00

London, CNBC Indonesia - Euro melemah saat pembukaan pasar Eropa, Senin (28/1/2019), karena investor lebih berminat membeli dolar dan bersiap untuk menghadapi pasar yang fluktuatif menjelang pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS)-China serta keputusan kebijakan bank sentral Federal Reserve.
Investor berfokus pada pertemuan The Fed yang akan diadakan hari Rabu nanti, ketika pembuat kebijakan diperkirakan akan memberi sinyal penghentian sementara dalam siklus pengetatan moneter mereka dan untuk mengakui risiko yang meningkat terhadap ekonomi AS.
Langkah itu diperkirakan akan menekan dolar, yang telah terkoreksi 1% sejak akhir Desember, setelah menikmati lonjakan dari kenaikan suku bunga The Fed sebanyak empat kali pada 2018.
Namun, pada perdagangan Senin ini dolar terapresiasi akibat ramai aksi beli terhadap mata uang safe-haven karena para pelaku pasar sedang harap-harap cemas menunggu hasil perundingan dagang AS-China pada hari Selasa dan Rabu untuk melihat apakah dua ekonomi terbesar di dunia itu dapat mencapai kesepakatan dagang.
Indeks dolar diperdagangkan sedikit lebih tinggi versus enam mata uang utama di 95,896, setelah jatuh 0,8% pada hari Jumat.
Kesepakatan minggu lalu untuk membuka kembali pemerintah AS hari ini setelah ditutup selama sebulan lebih telah mengurangi permintaan investor terhadap dolar.
"Pergerakan umum untuk dolar masih turun dan pasar akan mengambil isyarat dari FOMC minggu ini," kata Sim Moh Siong, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.
FOMC merupakan singkatan dari Federal Open Market Committee, rapat penentuan kebijakan moneter The Fed.
"The Fed kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga stabil tahun ini mengingat kondisi pertumbuhan ekonomi di luar AS."
Dolar melemah 0,1% terhadap yuan menjadi 6,7406. Reli yuan juga memicu lonjakan dolar Australia, yang naik 0,18% menjadi US$ 0,7195 terhadap dolar AS.
Para pelaku pasar cenderung memiliki pandangan bearish terhadap dolar untuk tahun 2019.
Euro diperdagangkan sedikit lebih lemah pada hari Senin di US$1,14.
Mata uang tunggal itu berhasil mempertahankan kenaikan 0,4% yang dibuat minggu lalu meskipun Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk jangka pendek.
Poundsterling, sementara itu, melansir Reuters, diperdagangkan lebih rendah pada hari Senin setelah membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari 15 bulan pada pekan lalu. Hal itu terjadi lantaran investor mengkonsolidasikan posisi sebelum terjadinya serangkaian pemungutan suara di parlemen Inggris pada hari Selasa, yang akan bertujuan untuk memecahkan kebuntuan Brexit.
Analis memperkirakan pound tetap stabil.
Inggris dipastikan akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, tetapi anggota parlemen negara itu masih enggan menyetujui perjanjian Brexit.
(prm) Next Article Cuan Selangit! Ini Mata Uang yang Bikin Dolar AS Takluk
Investor berfokus pada pertemuan The Fed yang akan diadakan hari Rabu nanti, ketika pembuat kebijakan diperkirakan akan memberi sinyal penghentian sementara dalam siklus pengetatan moneter mereka dan untuk mengakui risiko yang meningkat terhadap ekonomi AS.
Langkah itu diperkirakan akan menekan dolar, yang telah terkoreksi 1% sejak akhir Desember, setelah menikmati lonjakan dari kenaikan suku bunga The Fed sebanyak empat kali pada 2018.
Indeks dolar diperdagangkan sedikit lebih tinggi versus enam mata uang utama di 95,896, setelah jatuh 0,8% pada hari Jumat.
Kesepakatan minggu lalu untuk membuka kembali pemerintah AS hari ini setelah ditutup selama sebulan lebih telah mengurangi permintaan investor terhadap dolar.
"Pergerakan umum untuk dolar masih turun dan pasar akan mengambil isyarat dari FOMC minggu ini," kata Sim Moh Siong, ahli strategi mata uang di Bank of Singapore.
![]() |
FOMC merupakan singkatan dari Federal Open Market Committee, rapat penentuan kebijakan moneter The Fed.
"The Fed kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga stabil tahun ini mengingat kondisi pertumbuhan ekonomi di luar AS."
Dolar melemah 0,1% terhadap yuan menjadi 6,7406. Reli yuan juga memicu lonjakan dolar Australia, yang naik 0,18% menjadi US$ 0,7195 terhadap dolar AS.
Para pelaku pasar cenderung memiliki pandangan bearish terhadap dolar untuk tahun 2019.
Euro diperdagangkan sedikit lebih lemah pada hari Senin di US$1,14.
Mata uang tunggal itu berhasil mempertahankan kenaikan 0,4% yang dibuat minggu lalu meskipun Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk jangka pendek.
Poundsterling, sementara itu, melansir Reuters, diperdagangkan lebih rendah pada hari Senin setelah membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari 15 bulan pada pekan lalu. Hal itu terjadi lantaran investor mengkonsolidasikan posisi sebelum terjadinya serangkaian pemungutan suara di parlemen Inggris pada hari Selasa, yang akan bertujuan untuk memecahkan kebuntuan Brexit.
Analis memperkirakan pound tetap stabil.
Inggris dipastikan akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret, tetapi anggota parlemen negara itu masih enggan menyetujui perjanjian Brexit.
(prm) Next Article Cuan Selangit! Ini Mata Uang yang Bikin Dolar AS Takluk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular