
Negosiasi Tax Treaty, Agar RI Tak Lagi Manjakan Singapura!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 January 2019 12:42

Lantas, benarkah tax treaty Indonesia-Singapura membuat pembelian obligasi Indonesia menjadi lebih menguntungkan jika menggunakan bank atau sekuritas asal Singapura?
Guna menjawabnya, Tim Riset CNBC Indonesia membedah naskah tax treaty Indonesia-Singapura. Di dalam pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut.
Lanjut ke ayat 2, disebutkan bahwa bunga yang didapat juga dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan tempat bunga itu berasal, dan sesuai dengan perundang-undangan Negara tersebut, akan tetapi apabila penerima dan pemilik bunga adalah pemberi pinjaman yang menikmati bunga itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlah bruto bunga.
Nah, poin yang terpenting ada di ayat 3. Di dalam ayat 3, ketentuan di ayat 2 dibantah. Berikut petikan dari tax treaty Indonesia-Singapura pasal 11 ayat 3.
"Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 2, bunga yang berasal di suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara pihak lainnya dari Persetujuan hanya dapat dikenakan pajak di Negara pihak lain tersebut, apabila bunga yang dibayarkan berasal dari:
a) obligasi, surat-surat hutang atau obligasi lainnya yang sejenis dari Pemerintah Negara pihak yang disebut pertama atau suatu bagian ketatanegaraan atau
pemerintah daerahnya; atau..."
Jika dilihat pada naskah versi Bahasa Inggris, pihak Singapura menggunakan istilah resident untuk mengartikan kata penduduk. Hal ini mengonfirmasi bahwa orang Indonesia yang merupakan residen di Singapura pun bisa memanfaatkan keuntungan dari tax treaty Indonesia-Singapura.
Dari petikan ayat 3, jelas bahwa jika orang Indonesia (yang merupakan residen di Singapura) membeli obligasi pemerintah Indonesia menggunakan bank ataupun sekuritas asal Negeri Singa, pajak penghasilan atas bunga obligasi hanya dapat dikenakan di Singapura.
Lantas, pernyataan dari Kementerian Keuangan Singapura terkonfirmasi: residen pajak Singapura dibebaskan dari pajak Indonesia atas pendapatan bunga yang berasal dari obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, dan hanya dikenakan pajak di Singapura.
Tapi, bagaimana dengan besaran bunganya? Walaupun tetap dikenakan pajak di Singapura, jika besarannya lebih rendah, tentu akan memancing investor Indonesia untuk melarikan uangnya ke Singapura sebelum kemudian dibelikan obligasi di tanah air.
Dalam tax treaty Indonesia-Singapura pasal 11 yang berisi 10 ayat, ketentuan mengenai hal ini tidak diatur. Jadi, CNBC Indonesia mengasumsikan bahwa besaran bunga yang dibayar mengikuti ketentuan di masing-masing negara.
Untuk Indonesia, seperti sudah disebutkan di halaman sebelumnya, pajak penghasilan atas bunga obligasi adalah senilai 15%. Sementara untuk Singapura, kami menemukan sebuah kemungkinan adanya loophole yang bisa dimanfaatkan oleh investor tanah air.
Melansir halaman resmi Inland Revenue Authority of Singapore, withholding tax untuk pendapatan berbentuk bunga adalah 15%. Namun, aturan ini dielaborasi lagi melalui sebuah catatan kaki (footnote).
Berikut catatan kaki yang dimaksud, seperti diterjemahkan oleh CNBC Indonesia.
"Withholding tax ini berlaku ketika pendapatan didapatkan oleh seorang non-residen melalui kegiatan-kegiatan yang dijalankan di luar Singapura. Withholding tax ini akan dikenakan kepada pembayaran kotor (gross payment). Hasil dari beban pajaknya merupakan sebuah pajak final. Tingkat pajak berikut berlaku untuk pembayaran kotor ketika kegiatan-kegiatan dijalankan di Singapura:
Simpelnya, jika tidak diatur, tentu residen Singapura yang membeli obligasi terbitan pemerintah Indonesia melalui bank atau sekuritas asal Singapura menjadi tidak dikenakan pajak atas bunga yang didapat.
Jadi, dari hasil penelusuran kami, memang benar bahwa Indonesia selama ini memanjakan Singapura dalam hal pajak bunga obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/dru)
Guna menjawabnya, Tim Riset CNBC Indonesia membedah naskah tax treaty Indonesia-Singapura. Di dalam pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa Bunga yang berasal dari suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara pihak lainnya pada Persetujuan dapat dikenakan pajak di Negara pihak lainnya pada Persetujuan tersebut.
Lanjut ke ayat 2, disebutkan bahwa bunga yang didapat juga dapat dikenakan pajak di Negara pihak pada Persetujuan tempat bunga itu berasal, dan sesuai dengan perundang-undangan Negara tersebut, akan tetapi apabila penerima dan pemilik bunga adalah pemberi pinjaman yang menikmati bunga itu, maka pajak yang dikenakan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlah bruto bunga.
"Menyimpang dari ketentuan-ketentuan ayat 2, bunga yang berasal di suatu Negara pihak pada Persetujuan dan dibayarkan kepada penduduk Negara pihak lainnya dari Persetujuan hanya dapat dikenakan pajak di Negara pihak lain tersebut, apabila bunga yang dibayarkan berasal dari:
a) obligasi, surat-surat hutang atau obligasi lainnya yang sejenis dari Pemerintah Negara pihak yang disebut pertama atau suatu bagian ketatanegaraan atau
pemerintah daerahnya; atau..."
Jika dilihat pada naskah versi Bahasa Inggris, pihak Singapura menggunakan istilah resident untuk mengartikan kata penduduk. Hal ini mengonfirmasi bahwa orang Indonesia yang merupakan residen di Singapura pun bisa memanfaatkan keuntungan dari tax treaty Indonesia-Singapura.
Dari petikan ayat 3, jelas bahwa jika orang Indonesia (yang merupakan residen di Singapura) membeli obligasi pemerintah Indonesia menggunakan bank ataupun sekuritas asal Negeri Singa, pajak penghasilan atas bunga obligasi hanya dapat dikenakan di Singapura.
Lantas, pernyataan dari Kementerian Keuangan Singapura terkonfirmasi: residen pajak Singapura dibebaskan dari pajak Indonesia atas pendapatan bunga yang berasal dari obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia, dan hanya dikenakan pajak di Singapura.
Tapi, bagaimana dengan besaran bunganya? Walaupun tetap dikenakan pajak di Singapura, jika besarannya lebih rendah, tentu akan memancing investor Indonesia untuk melarikan uangnya ke Singapura sebelum kemudian dibelikan obligasi di tanah air.
Dalam tax treaty Indonesia-Singapura pasal 11 yang berisi 10 ayat, ketentuan mengenai hal ini tidak diatur. Jadi, CNBC Indonesia mengasumsikan bahwa besaran bunga yang dibayar mengikuti ketentuan di masing-masing negara.
Untuk Indonesia, seperti sudah disebutkan di halaman sebelumnya, pajak penghasilan atas bunga obligasi adalah senilai 15%. Sementara untuk Singapura, kami menemukan sebuah kemungkinan adanya loophole yang bisa dimanfaatkan oleh investor tanah air.
Melansir halaman resmi Inland Revenue Authority of Singapore, withholding tax untuk pendapatan berbentuk bunga adalah 15%. Namun, aturan ini dielaborasi lagi melalui sebuah catatan kaki (footnote).
Berikut catatan kaki yang dimaksud, seperti diterjemahkan oleh CNBC Indonesia.
"Withholding tax ini berlaku ketika pendapatan didapatkan oleh seorang non-residen melalui kegiatan-kegiatan yang dijalankan di luar Singapura. Withholding tax ini akan dikenakan kepada pembayaran kotor (gross payment). Hasil dari beban pajaknya merupakan sebuah pajak final. Tingkat pajak berikut berlaku untuk pembayaran kotor ketika kegiatan-kegiatan dijalankan di Singapura:
- Perseorangan bukan residen (selain individu): tingkat pajak korporasi yang berlaku
- Perseorangan individu bukan residen: 22% (berlaku mulai 1 Januari 2016)"
Simpelnya, jika tidak diatur, tentu residen Singapura yang membeli obligasi terbitan pemerintah Indonesia melalui bank atau sekuritas asal Singapura menjadi tidak dikenakan pajak atas bunga yang didapat.
Jadi, dari hasil penelusuran kami, memang benar bahwa Indonesia selama ini memanjakan Singapura dalam hal pajak bunga obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/dru)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular