Terbaik Ke-3 Pekan Ini, Rupiah Masuk Zona 'Liga Champions'

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 January 2019 14:09
Terbaik Ke-3 Pekan Ini, Rupiah Masuk Zona 'Liga Champions'
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang utama kawasan Asia tak terkecuali rupiah sukses memukul mundur dolar AS pada minggu ini. Sepanjang pekan ini, rupiah membukukan penguatan sebesar 0,64% di pasar spot melawan dolar AS ke level Rp 14.080.

Lantas, rupiah resmi masuk ke zona 'Liga Champions' lantaran finis sebagai mata uang terbaik ketiga di kawasan Asia.



Penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) membuat greenback dilego investor. Sepanjang pekan ini, indeks dolar AS yang menggambarkan pergerakan dolar AS terhadap mata uang negara-negara mitra dagang utamanya melemah 0,56%.

Melansir CNN, hingga hari Jumat waktu setempat (25/1/2019), shutdown susah memasuki hari ke 34, menjadikannya shutdown terpanjang di era modern. Shutdown kali ini terjadi lantaran partai Republik dan Demokrat tak mampu menyepakati anggaran belanja negara, seiring dengan adanya ketidaksepahaman mengenai anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko.

Presiden AS Donald Trump meminta anggaran senilai US$ 5,7 miliar untuk pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko guna mengurangi derasnya imigran ilegal yang masuk ke Negeri Paman Sam, namun ditolak oleh partai Demokrat.


Barulah pada Jumat malam waktu setempat, shutdown berakhir pasca Trump menandatangani rancangan anggaran sementara yang diloloskan di House of Representative dan Senate pada hari yang sama. Lantas, pemerintahan AS akan kembali beroperasi secara penuh setidaknya untuk 3 pekan ke depan.

Namun bagaimanapun juga, kerugian telah dirasakan. Pemerintahan AS memproyeksikan bahwa shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,1% setiap minggunya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya kepada dari CNBC International beberapa waktu yang lalu.

Ini artinya, selama shutdown terjadi, pertumbuhan ekonomi AS setidaknya terpangkas 0,4%.
Selain karena shutdown yang terjadi di AS, dolar AS juga dipukul mundur oleh mode risk-on yang diaktifkan oleh investor di pasar keuangan Benua Kuning. Sepanjang pekan ini, investor gencar memburu instrumen berisiko seperti saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) misalnya, menguat 0,54%.

Damai dagang AS-China yang kian terasa di sepanjang pekan ini membuat pelaku pasar cukup optimistis untuk berburu instrumen berisiko seperti saham. Bloomberg melaporkan bahwa China memberikan penawaran untuk menaikkan impor produk-produk asal AS selama 6 tahun ke depan dengan nilai total mencapai lebih dari US$ 1 triliun, seperti dikutip dari CNBC International.

Penawaran ini diberikan China kala melakukan negosiasi dengan AS di Beijing pada awal bulan ini. Penawaran ini bertujuan untuk membuat neraca dagang China-AS impas pada tahun 2024. Pada tahun 2018, China membukukan surplus neraca dagang senilai US$ 323 miliar dengan AS.

Sebagai informasi, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan bertandang ke Washington pada 30 dan 31 Januari untuk melakukan negosiasi dagang lanjutan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.

Menjelang akhir pekan, Bloomberg melaporkan bahwa China akan mengirimkan wakil menteri ke Washington untuk mempersiapkan dialog dagang antara Liu dengan Mnuchin dan Lighthizer.

Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan Liao Min akan sampai di AS pada 28 januari, menurut dua orang sumber yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dilansir dari Bloomberg. Langkah ini menyatakan keseriusan pihak China untuk dapat segera mengakhiri perang dagang yang selama ini berkecamuk dengan AS.

Di pasar saham tanah air, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 371,9 miliar sepanjang pekan ini. Suntikan energi bagi rupiah juga datang dari terpelesetnya harga minyak mentah dunia. Sepanjang pekan ini, harga minyak mentah WTI kontrak acuan melemah 0,46% ke level US$ 53,55/barel, sementara brent melemah 1,69% ke level US$ 61,64/barel.

Terpelesetnya minyak mentah dunia tentu menjadi kabar gembira bagi rupiah karena dapat membuat defisit perdagangan migas yang menjadi biang kerok bengkaknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD) menjadi menipis.

Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014, seiring dengan besarnya defisit perdagangan migas.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular