
Asal Tahu Saja, Rupiah Perkasa Lawan Dolar karena Eksternal
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
25 January 2019 15:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di perdagangan pasar spot. Penguatan rupiah makin tak terbendung dan semakin mantap menapaki jalur hijau.
Pada Jumat (25/1/2019) pukul 14:00 WIB, setiap US$ 1 dibanderol RP 14.120. Mata uang Garuda menguat 0,28% dibandingkan pada posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah angkat bicara dan menjelaskan alasan yang membuat dolar Paman Sam terpuruk sehingga membuat penguatan rupiah terus melaju.
"Dolar AS melemah karena kalangan forex traders mengantisipasi kemajuan negosiasi AS - China yang akan dilangsungkan antara dua negara pekan depan di Washington DC," kata Nanang saat berbincang dengan CNBC Indonesia.
"Dan ditengah penungguan pasar atas besaran dampak dari lumpuhnya sebagian layanan publik di AS [partial US Government Shutdown] terhadap pertumbuhan ekonomi AS," tambahnya.
Belum lagi, ditambah dengan proyeksi perekonomian global yang melambat tahun ini, arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) pun dipastikan tidak akan menopang penguatan dolar.
Dinamika tersebut menjadi faktor pendrong yang menopang dana-dana portofolio global terus mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia di pasar saham maupun surat berharga negara (SBN).
"Sejak awal awal tahun hingga 21 Januari 2019, dana portfolio global yang masuk ke pasar SBN dan saham mencapai Rp 13,63 triliun," jelasnya.
Selain itu, ada pula faktor selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan US Treasury Bond AS yang saat ini mencapai 523 bps. Nilai real dari imbal hasil obligasi saat ini juga mencapai 4,56%.
"Secara year to date, rupiah menguat sekitar 1,5% karena penguatannya lebih bertahap," tegas Nanang.
(hps/hps) Next Article Jaga Pergerakan Rupiah, BI Lakukan 3 Intervensi pasar
Pada Jumat (25/1/2019) pukul 14:00 WIB, setiap US$ 1 dibanderol RP 14.120. Mata uang Garuda menguat 0,28% dibandingkan pada posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah angkat bicara dan menjelaskan alasan yang membuat dolar Paman Sam terpuruk sehingga membuat penguatan rupiah terus melaju.
"Dan ditengah penungguan pasar atas besaran dampak dari lumpuhnya sebagian layanan publik di AS [partial US Government Shutdown] terhadap pertumbuhan ekonomi AS," tambahnya.
Belum lagi, ditambah dengan proyeksi perekonomian global yang melambat tahun ini, arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) pun dipastikan tidak akan menopang penguatan dolar.
Dinamika tersebut menjadi faktor pendrong yang menopang dana-dana portofolio global terus mengalir ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia di pasar saham maupun surat berharga negara (SBN).
"Sejak awal awal tahun hingga 21 Januari 2019, dana portfolio global yang masuk ke pasar SBN dan saham mencapai Rp 13,63 triliun," jelasnya.
Selain itu, ada pula faktor selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan US Treasury Bond AS yang saat ini mencapai 523 bps. Nilai real dari imbal hasil obligasi saat ini juga mencapai 4,56%.
"Secara year to date, rupiah menguat sekitar 1,5% karena penguatannya lebih bertahap," tegas Nanang.
(hps/hps) Next Article Jaga Pergerakan Rupiah, BI Lakukan 3 Intervensi pasar
Most Popular