
Gonjang-ganjing Politik Venezuela Bikin Harga Minyak Melonjak
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
25 January 2019 11:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia pada siang hari ini (25/1/2019), terpantau semakin menguat.
Hingga pukul 11:00 WIB, harga minyak Brent kontrak Maret 2019 naik 1,28% ke posisi US$61,87/barel setelah melemah tipis 0,08% kemarin (24/1/2019).
Sedangkan minyak jenis lightsweet (WTI) kontak Maret 2019 melonjak 1,39% ke posisi US$53,87/barel setelah naik 0,97% pada penutupan perdagangan sehari sebelumya. Secara mingguan, harga minyak melemah sekitar 0,6% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun 2019 harga emas hitam ini sudah naik sekitar 16 %.
Menguatnya harga minyak hari ini didukung oleh beberapa sentimen positif.
Sejak kemarin, Amerika Serikat memberi sinyal akan memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak mentah Venezuela menyusul gejolak politik dan ekonomi yang semakin parah.
Negeri Paman Sam dikabarkan sedang mempertimbangkan langkah-langkah dalam melumpuhkan pengiriman minyak Venezuela, yang menyumbang hampir semua ekspor negara itu, sebagai respons terhadap terpilihnya kembali Presiden Nicolas Maduro, yang dinilai hanya sandiwara belaka, mengutip Reuters.
Diketahui Venezuela merupakan produsen minyak peringkat ke-14 dunia dengan tingkat produksi sebesar 1,5 juta barel/hari (Desember 2018). Bila pasokan minyak dari Venezuela terhenti, maka bisa membuat kekhawatiran akan banjir pasokan tahun ini bisa diredam. Apalagi jumlahnya lebih besar daripada kuota pemangkasan produksi OPEC dan sekutunya.
Minyak jenis lightsweet yang paling diuntungkan oleh keadaan ini, mengingat hubungannya langsung dengan cadangan minyak AS. Terbukti dari penguatannya yang jauh lebih besar dari Brent hingga saat ini.
Sebagai informasi,Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya sudah mulai memangkas produksi minyak. Meskipun masih belum mencapai target pemangkasan sebesar 1,2 juta barel/hari sesuai dengan kesepakatan, namun setidaknya sudah setengah jalan.
Sebagai informasi, pada Desember 2018 catatan produksi OPEC berkurang 751.000 barel/har dibanding acuan jumlah produksi bulan Oktober 2018.
Faktor yang juga masih dikhawatirkan adalah komitmen Rusia terhadap perjanjian tersebut. Pada pekan lalu, produksi Rusia hanya turun 30.000 barel/hari, masih jauh dari kesepakatan yang sebesar 230.000 barel/hari.
Namun demikian, melonjaknya pasokan minyak AS juga menjadi tekanan terhadap harga minyak, membuat penguatannya tak maksimal.
Kamis kemarin, lembaga resmi U.S. Energy Information Administration (EIA) merilis data perkembangan cadangan minyak AS di minggu yang berakhir pada 18 Januari 2019. Dalam rilisnya, cadangan minyak mentah meningkat 8 juta barel. Cadangan bensin juga meningkat 4,1 juta barel yang mana merupakan peningkatan mingguan yang ke-8 secara berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Hingga pukul 11:00 WIB, harga minyak Brent kontrak Maret 2019 naik 1,28% ke posisi US$61,87/barel setelah melemah tipis 0,08% kemarin (24/1/2019).
Sedangkan minyak jenis lightsweet (WTI) kontak Maret 2019 melonjak 1,39% ke posisi US$53,87/barel setelah naik 0,97% pada penutupan perdagangan sehari sebelumya. Secara mingguan, harga minyak melemah sekitar 0,6% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun 2019 harga emas hitam ini sudah naik sekitar 16 %.
Sejak kemarin, Amerika Serikat memberi sinyal akan memberlakukan sanksi terhadap ekspor minyak mentah Venezuela menyusul gejolak politik dan ekonomi yang semakin parah.
Negeri Paman Sam dikabarkan sedang mempertimbangkan langkah-langkah dalam melumpuhkan pengiriman minyak Venezuela, yang menyumbang hampir semua ekspor negara itu, sebagai respons terhadap terpilihnya kembali Presiden Nicolas Maduro, yang dinilai hanya sandiwara belaka, mengutip Reuters.
Diketahui Venezuela merupakan produsen minyak peringkat ke-14 dunia dengan tingkat produksi sebesar 1,5 juta barel/hari (Desember 2018). Bila pasokan minyak dari Venezuela terhenti, maka bisa membuat kekhawatiran akan banjir pasokan tahun ini bisa diredam. Apalagi jumlahnya lebih besar daripada kuota pemangkasan produksi OPEC dan sekutunya.
Minyak jenis lightsweet yang paling diuntungkan oleh keadaan ini, mengingat hubungannya langsung dengan cadangan minyak AS. Terbukti dari penguatannya yang jauh lebih besar dari Brent hingga saat ini.
Sebagai informasi,Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya sudah mulai memangkas produksi minyak. Meskipun masih belum mencapai target pemangkasan sebesar 1,2 juta barel/hari sesuai dengan kesepakatan, namun setidaknya sudah setengah jalan.
Sebagai informasi, pada Desember 2018 catatan produksi OPEC berkurang 751.000 barel/har dibanding acuan jumlah produksi bulan Oktober 2018.
Faktor yang juga masih dikhawatirkan adalah komitmen Rusia terhadap perjanjian tersebut. Pada pekan lalu, produksi Rusia hanya turun 30.000 barel/hari, masih jauh dari kesepakatan yang sebesar 230.000 barel/hari.
Namun demikian, melonjaknya pasokan minyak AS juga menjadi tekanan terhadap harga minyak, membuat penguatannya tak maksimal.
Kamis kemarin, lembaga resmi U.S. Energy Information Administration (EIA) merilis data perkembangan cadangan minyak AS di minggu yang berakhir pada 18 Januari 2019. Dalam rilisnya, cadangan minyak mentah meningkat 8 juta barel. Cadangan bensin juga meningkat 4,1 juta barel yang mana merupakan peningkatan mingguan yang ke-8 secara berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular