Rupiah Lesu di Kurs Acuan, Labil di Pasar Spot

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2019 10:30
Rupiah Lesu di Kurs Acuan, Labil di Pasar Spot
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berbalik melemah di kurs acuan hari ini. Rupiah sempat menguat selama 2 hari beruntun. 

Pada Jumat (25/1/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor menunjukkan angka Rp 14.163. Rupiah melemah 0,16% dibandingkan posisi hari sebelumnya. 

Kemarin, rupiah menguat 0,33% dan sehari sebelumnya juga menguat 0,23%. Meski hari ini melemah, tetapi rupiah masih terapresiasi 2,19% sejak awal tahun. 

 

Sementara di pasar spot, rupiah masih galau dengan bolak-balik di zona hijau dan merah. Pada pukul 10:10 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.155 di mana rupiah menguat tipis cenderung flat di 0,04%. 

Kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,07%. Penguatan itu tidak bertahan lama, sempat habis dan bahkan melemah.

 
Kini rupiah sudah kembali ke jalur hijau. Namun penguatannya yang setipis kertas membuat rupiah rentan untuk kembali terjerumus ke area depresiasi. 

Sebagaimana rupiah, mayoritas mata uang Asia juga mampu menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan menjadi mata uang dengan penguatan terbaik, disusul dolar Singapura dan yuan China. Rupiah, meski menguat, tetapi tidak masuk jajaran elit di klasemen mata uang Benua Kuning. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:13 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Rupiah cs di Asia berhasil memanfaatkan situasi dolar AS yang sedang tertekan secara global. Pada pukul 10:14 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,21%. 

Dolar AS terpeleset setelah poundsterling Inggris kembali ke jalur pendakian. Pada pukul 10:16 WIB, sterling menguat 0,43% di hadapan greenback

Kebangkitan sterling disebabkan oleh perkembangan positif terkait Brexit. Pada 29 Januari, parlemen Negeri Ratu Elizabeth akan menggelar voting untuk memutuskan alternatif rencana Brexit berikutnya setelah proposal yang diusung Perdana Menteri Theresa May ditolak pekan lalu. 

Mengutip Reuters, kubu pendukung May dalam voting pekan depan bertambah setelah Partai Persatuan Demokrat dari Irlandia Utara menyatakan dukungannya. Ini memberi sedikit kepastian mengenai proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa. 

Namun, penguatan mata uang Asia relatif terbatas karena sentimen negatif dari hubungan AS-China. Meski hubungan kedua negara terus membaik, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menegaskan masih sangat jauh untuk sampai ke damai dagang. 

"Banyak pekerjaan yang sudah diselesaikan, tetapi kami masih bermil-mil jauhnya dari sebuah kesepakatan. Itu tidak terlalu mengejutkan, karena perdagangan adalah isu yang sangat rumit. Namun ada peluang kami bisa mencapai kesepakatan," kata Ross dalam wawancara dengan CNBC International. 

Optimisme pelaku pasar yang sudah membumbung tinggi dipaksa harus turun ke bumi. Pernyataan Ross membuat investor menyadari bahwa sampai saat ini memang belum ada kesepakatan formal untuk mengakhiri perang dagang AS vs China, dan untuk ke arah sana masih membutuhkan dialog panjang. 

Tarik-menarik dua sentimen itu membuat mata uang Asia bergerak terbatas. Termasuk rupiah, yang posisinya masih rawan melemah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular