Rupiah Masih Menguat, Tapi 'Ngeri-ngeri Sedap'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
25 January 2019 08:31
Damai Dagang dan Hasil Rapat ECB Jadi Pemberat
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Investor sepertinya sedang memasang mode berhati-hati karena sejumlah sentimen negatif. Pertama adalah pernyataan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross yang menyebut damai dagang AS-China masih jauh dari kata terwujud. Perlu proses yang panjang. 

"Banyak pekerjaan yang sudah diselesaikan, tetapi kami masih bermil-mil jauhnya dari sebuah kesepakatan. Itu tidak terlalu mengejutkan, karena perdagangan adalah isu yang sangat rumit. Namun ada peluang kami bisa mencapai kesepakatan," kata Ross dalam wawancara dengan CNBC International. 

Kembali ke realitas yang pahit, pelaku pasar tidak lagi agresif. Ada sedikit aura bermain aman. 

Sentimen kedua adalah hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Seperti perkiraan, Mario Draghi dan kolega mempertahankan suku bunga acuan refinancing rate di angka 0% dan deposit rate di -0,4%. Namun ada hawa negatif dari hasil rapat ini. 

"Risiko yang membayangi Eropa membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi bergerak turun. Sepertinya momentum pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat akan lebih lemah dari perkiraan sebelumnya. Kami akan berdiskusi lagi dan akan mengumumkan proyeksi (pertumbuhan ekonomi) baru pada rapat Maret," kata Draghi dalam konferensi pers usai rapat, mengutip Reuters. 

Aura negatif dari Eropa bisa membawa pelaku pasar semakin bermain aman. Pasalnya, perlambatan ekonomi global menjadi risiko yang semakin nyata. Ditambah risiko masih jauhnya damai dagang AS-China, investor bisa semakin ragu-ragu dan enggan bermain dengan aset di negara berkembang Asia. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

    (aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular