Rupiah Rp 15.000/US$ Menyusahkan, Bisakah Bikin RI Kolaps?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
24 January 2019 13:56
Pertumbuhan Ekonomi Terancam
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Saat rupiah melemah, yang jelas biaya impor menjadi kian mahal. Ini akan menjadi sumber kerentanan, karena ekonomi Indonesia yang masih tumbuh begitu haus akan impor. 

Bank Indonesia (BI) memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2018 tumbuh di kisaran 5,1%. Lebih baik ketimbang tahun sebelumnya yaitu 5,07%. Tahun ini pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih baik di kisaran 5-5,4%. 

Dengan kondisi saat ini, ekonomi yang tumbuh masih membutuhkan dukungan impor terutama untuk bahan baku dan barang modal. Pasalnya, industri dalam negeri belum mampu menyediakan sepenuhnya sehingga mau tidak mau suka tidak suka harus diimpor. 


Pada saat yang sama, pelemahan rupiah seyogianya mampu mendukung kinerja ekspor. Harga produk-produk made in Indonesia akan lebih murah di pasar global, sehingga bisa memancing kenaikan permintaan. 

Namun ada dua masalah. Pertama, ekspor Indonesia masih sangat bergantung kepada komoditas. Ekspor komoditas tidak sensitif terhadap kurs, tetapi lebih ditentukan oleh permintaan dan harga di pasar internasional. 

Nah, ini masalah yang kedua. Tahun 2018 bukan tahunnya harga komoditas, harga berbagai komoditas andalan ekspor Indonesia turun tajam. 

Harga minyak sawit mentah (CPO) sepanjang 2018 anjlok 16,23%. Sementara harga batu bara turun 3,9%. 

Penurunan harga dua komoditas andalan ekspor Indonesia ini langsung tercermin dari pertumbuhan ekspor 2018. Sepanjang tahun lalu, ekspor Indonesia hanya tumbuh 6,65%. Jauh melambat dibandingkan 2017 yang tumbuh 17,14%. 



Sepertinya sumbangsih net ekspor ke pertumbuhan ekonomi 2018 akan negatif karena impor yang melesat sementara ekspor kurang ciamik. Beban di net ekspor menyebabkan pertumbuhan ekonomi 2018 jauh dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memperkirakan 5,4%. 

Itu terjadi dalam kondisi rata-rata kurs sekitar Rp 14.200/US$. Bayangkan saja kalau rupiah berada di level Rp 15.000/US$. Net ekspor akan minus lebih dalam sehingga sangat membebani pertumbuhan ekonomi. Mungkin untuk mencapai 5% pun sangat sulit. 

Oleh karena itu, mungkin beralasan Bambang menyebut rupiah di kisaran Rp 15.000/US$ bisa menciptakan masalah besar bagi Indonesia. Yang jelas pertumbuhan ekonomi akan melambat lebih parah, tetapi entah kalau sampai kolaps. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular