Sejatinya, minat investor untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham sedang loyo sehingga dolar AS seharusnya bisa mendapatkan momentum untuk menguat. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei turun 0,32%, indeks Hang Seng turun 0,2%, dan indeks Strait Times turun 0,32%.
Dolar AS tetap dilego investor seiring dengan rilis data ekonomi yang mengecewakan. Kemarin, angka penjualan hunian bekas di AS periode Desember 2018 diumumkan sebanyak 4,99 juta unit, jauh di bawah konsensus yang sebesar 5,27 juta unit, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian pada bulan lalu merupakan yang terendah sejak November 2015.
Lantas, perlambatan ekonomi di Negeri Paman Sam kian terkonfirmasi. Jangan lupakan juga bahwa tekanan bagi perekonomian AS terus datang dari penutupan sebagian pemerintahan (
partial government shutdown). Hingga kini,
shutdown sudah berlangsung selama 31 hari, menjadikannya yang terpanjang di era modern.
Belum lama ini, pemerintahan Presiden Donald Trump memproyeksikan bahwa kerugian akibat
shutdown adalah dua kali lebih besar dari yang diekspektasikan sebelumnya, menurut seorang sumber dari kalangan pemerintahan yang tak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Pada awalnya, pemerintah memproyeksikan bahwa
shutdown akan memangkas pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% setiap 2 minggu. Kini, diproyeksikan bahwa setiap minggunya
shutdown akan membuat pertumbuhan ekonomi terpangkas sebesar 0,1%. Ini artinya, setidaknya 0,4% sudah menguap dari pertumbuhan ekonomi AS.
Hingga kini, belum ada tanda-tanda bahwa pemerintahan AS akan segera beroperasi secara penuh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)