
Mata Uang Asia Loyo Tapi Rupiah Perkasa, Pakai Obat Apa?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 January 2019 16:37

Pelemahan tidak hanya mewarnai pasar valas Asia, bursa saham pun dihiasi warna merah. Indeks Nikkei 225 melemah 0,47%, Hang Seng turun 0,7%, Shanghai Composite amblas 1,18%, Kospi minus 0,32%, Straits Times berkurang 0,76%.
Koreksi massal di pasar keuangan Asia disebabkan oleh proyeksi ekonomi terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF). Christine Lagarde dan kolega meramal ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019, lebih lambat dibandingkan proyeksi yang dibuat Oktober 2018 yaitu 3,7%.
"Setelah 2 tahun ekspansi yang solid, ekonomi dunia akan tumbuh lebih lambat dan risiko meningkat. Apakah ancaman resesi sudah dekat? Tidak, tetapi risiko perlambatan jelas menjadi lebih besar," kata Lagarde dalam konferensi pers di sela pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, mengutip Reuters.
Proyeksi IMF ini membuat pelaku pasar kurang trengginas, ada keragu-raguan. Dibayangi risiko perlambatan ekonomi global, investor memilih bermain aman. Tentu bukan kondisi yang ideal bagi pasar keuangan negara berkembang di Asia.
Dolar AS, mantan raja mata uang dunia yang agak lama terabaikan, kini kembali dilirik pelaku pasar. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.
Ini menandakan pelaku pasar lebih menyukai aset-aset aman (safe haven assets). Selain yen, rupanya dolar AS juga masih menyandang status tersebut.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(aji/aji)
Koreksi massal di pasar keuangan Asia disebabkan oleh proyeksi ekonomi terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF). Christine Lagarde dan kolega meramal ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019, lebih lambat dibandingkan proyeksi yang dibuat Oktober 2018 yaitu 3,7%.
"Setelah 2 tahun ekspansi yang solid, ekonomi dunia akan tumbuh lebih lambat dan risiko meningkat. Apakah ancaman resesi sudah dekat? Tidak, tetapi risiko perlambatan jelas menjadi lebih besar," kata Lagarde dalam konferensi pers di sela pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, mengutip Reuters.
Dolar AS, mantan raja mata uang dunia yang agak lama terabaikan, kini kembali dilirik pelaku pasar. Pada pukul 16:19 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%.
Ini menandakan pelaku pasar lebih menyukai aset-aset aman (safe haven assets). Selain yen, rupanya dolar AS juga masih menyandang status tersebut.
(TIM RISET CNBC INDONESIA)
(aji/aji)
Next Page
Ini Resep Keperkasaan Rupiah
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular