Konsensus CNBC: 2019, Pelaku Pasar Saham Masih Optimistis

Yazid Muamar & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 January 2019 17:07
Pelaku pasar modal masih optimistis terhadap pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah rezim suku bunga tinggi dan potensi ancaman dari penutupan sebagian fungsi (partial shutdown) pemerintahan Amerika Serikat (AS), pelaku pasar modal masih optimistis terhadap pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Konsensus yang dirangkum CNBC Indonesia dari sembilan sekuritas menunjukkan nilai tengah (median) dari target IHSG sepanjang 2019 adalah 6.974. 

Tiga sekuritas yang paling optimistis dan paling agresif menetapkan prediksi IHSG adalah PT Reliance Sekuritas, PT Mirae Sekuritas Indonesia, serta dan PT Mandiri Sekuritas dengan prediksi masing-masingnya 7.132, 7.123, dan 7.000. 

Di sisi lain, target IHSG terendah disampaikan PT Kresna Sekuritas dan PT Binaartha Sekuritas yaitu 6.400 dan 6.675.



Dalam risetnya, Mandiri Sekuritas menilai fokus investor global akan beralih dari penyesuaian nilai pasar keuangan global menjadi melambatnya pertumbuhan ekonomi global.  

Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer dalam risetnya (8/1/19) mengatakan posisi Indonesia lebih baik daripada negara lain karena diuntungkan dari pertumbuhan ekonomi yang masih atraktif, valuasi, dan selisih suku bunga bebas risiko dengan negara berkembang dan negara maju. 

Selain pertumbuhan ekonomi global yang negatif, Joezer juga menggarisbawahi beberapa risiko lain tahun ini adalah harga komoditas yang lemah dan likuiditas domestik yang ketat. 

Adapun beberapa faktor yang dapat berdampak positif pada pasar saham adalah pengetatan moneter yang mereda dan valuasi/pertumbuhan kinerja emiten yang lebih baik. 

Dalam risetnya, Arief Budiman, Head of Research PT Ciptadana Sekuritas Asia, menilai saat ini pelaku pasar masing canggung menghadapi Pemilu.  

Memang secara historis, tuturnya, pasar saham selalu menguat pada tahun pemilu karena adanya ekspektasi terhadap stabilitas politik dan pelaku pasar lebih memilih pemerintahan yang berorientasi reformasi di bawah kepemimpinan yang kuat. 

"Kami juga menilai volatilitas di pasar saham akan berkurang tahun ini karena sentimen global yang membaik karena beberapa faktor." 

Faktor tersebut, lanjut Arief, adalah ketakutan perang dagang yang mereda, the Fed mulai tidak agresif dalam menaikkan suku bunga, dan kepemilikan asing di pasar saham yang berkurang sehingga risiko guncangan karena faktor global dapat berkurang. 

Memiliki prediksi yang relatif defensif, Franky Rivan, Senior Research Analyst Kresna Sekuritas, memprediksi pasar akan bergerak flat tahun ini karena begitu banyak ketidakpastian yang terjadi di tingkat global. 

Menurut dia, faktor Brexit yang berkepanjangan, perang dagang yang tak kunjung usai, perlambatan ekonomi, dan shutdown yang belum menemui titik temu menjadi beberapa faktor yang dia anggap dapat berdampak negatif ke pasar. 

"Selain itu, faktor utama adalah kenaikan harga minyak yang dapat membebani APBN, makroekonomi Indonesia, serta rupiah [yang dapat berdampak negatif ke pasar saham juga]."  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv) Next Article Simak Aksi Emiten Sepanjang Hari Kemarin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular