Rupiah Hari Ini: Lawan Dolar KO, Lawan Mata Uang Asia Loyo

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2019 11:45
Rupiah Hari Ini: Lawan Dolar KO, Lawan Mata Uang Asia Loyo
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah masih terus melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. Tidak hanya di hadapan dolar AS, rupiah juga tidak trengginas terhadap mata uang Asia. 

Pada Senin (21/1/2019) pukul 11:37 WIB,  US$ 1 dihargai Rp 14.228. Rupiah melemah 0,41% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu. 

Depresiasi rupiah yang semakin dalam membuat mata uang ini sulit beranjak dari posisi buncit di klasemen mata uang Asia. Dalam hal melemah terhadap dolar AS, tidak ada yang 'sehebat' rupiah pada hari ini.


Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Benua Kuning pada pukul 11:18 WIB: 



Nasib rupiah kian apes kala berhadapan satu lawan satu dengan mata uang Asia. Pelemahan rupiah terjadi di hadapan yen Jepang sampai peso Filipina. 

Berikut perkembangan kurs mata uang Asia di hadapan rupiah pada pukul 11:41 WIB: 



Tak cuma di Asia, di hadapan sejumlah mata uang utama Eropa pun rupiah tidak berdaya. Pada pukul 11:22 WIB, rupiah melemah 0,27% terhadap poundsterling Inggris dan terdepresiasi 0,42% melawan franc Swiss. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setidaknya ada dua penyebab rupiah yang kurang sangar hari ini. Pertama, rupiah rentan terkena ambil untung (profit taking) karena apresiasinya sudah lumayan tajam. 

Terhadap yen Jepang, rupiah menguat 1,05% sejak awal tahun. Sementara terhadap won Korea Selatan, penguatan rupiah mencapai 2,09%. 

Di level Asia Tenggara, rupiah terapresiasi 0,74% terhadap dolar Singapura dalam periode yang sama. Kemudian terhadap peso Filipina, rupiah perkasa dengan penguatan 1,56%. 

Ini membuat rupiah rentan terkena koreksi teknikal. Penguatan rupiah yang begitu tajam suatu saat tentu akan terhenti karena koreksi sehat. Koreksi yang dibutuhkan untuk mencegah rupiah dari penggelembungan nilai aset (aset bubble). 

Kedua, harga minyak juga tidak kunjung berpihak kepada rupiah. Pada pukul 11:33 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,38% dan light sweet bertambah 0,42%.  

Dalam sepekan terakhir, harga minyak brent melonjak 6,27% dan light sweet melesat 6,43%. Bahkan dalam sebulan terakhir harga brent meroket 16,67% dan light sweet melompat 17,59%. 

Apabila harga minyak terus reli, maka ini menjadi sentimen negatif buat rupiah. Harga minyak yang naik akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi semakin mahal, artinya semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor. 

Ketika impor minyak melonjak, maka transaksi berjalan (current account) akan semakin tertekan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2019 turun ke kisaran 2,5 dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun jika harga minyak naik terus, maka proyeksi ini bisa saja meleset. 

Artinya, Indonesia masih akan kekurangan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ini membuat fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh dan mata uang Tanah Air rentan melemah.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular