
Analisis Teknikal
Kenaikan Harga Minyak Tambah Tekanan ke Rupiah
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
21 January 2019 11:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali terdepresiasi di level terlemahnya dalam dua minggu terakhir. Hingga berita ini ditulis, rupiah melemah 0,28% dan diperdagangkan pada level Rp 14.220 per dolar Amerika Serikat (AS).
Secara pergerakan, level Rp 14.200 per dolar AS merupakan level penghalang kenaikan (resistance). Level menandakan tersebut bahwa rupiah sedang mencari resistanceĀ levelĀ baru.
Rupiah tertekan karena kenaikan harga minyak. Harga minyak jenis brent pagi ini terpantau naik 0,4% dan light sweet bertambah 0,35%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melonjak 16,67% dan light sweet meroket 17,59%.
Apabila harga minyak terus reli, maka ini menjadi sentimen negatif buat rupiah. Harga minyak yang naik akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi semakin mahal, artinya semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor.
Ketika impor minyak melonjak, maka transaksi berjalan (current account) akan semakin tertekan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2019 turun ke kisaran 2,5 dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun jika harga minyak naik terus, maka proyeksi ini bisa saja meleset.
Secara teknikal, dolar AS cenderung lebih superior dibandingkan rupiah. Terlihat dari pergerakan dolar terhadap rupiah yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
Mengacu pada indikator teknikal yaitu stochastic slow, ruang penguatan dolar AS cukup terbuka karena belum mencapai level jenuh belinya (overbought).
Adapun level penghalang penguatan dolar AS (resistance) terhadap rupiah yang terdekat berada di level Rp 14.400 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Ekonomi AS Belum Kondusif, Rupiah Tancap Gas
Secara pergerakan, level Rp 14.200 per dolar AS merupakan level penghalang kenaikan (resistance). Level menandakan tersebut bahwa rupiah sedang mencari resistanceĀ levelĀ baru.
Rupiah tertekan karena kenaikan harga minyak. Harga minyak jenis brent pagi ini terpantau naik 0,4% dan light sweet bertambah 0,35%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melonjak 16,67% dan light sweet meroket 17,59%.
Ketika impor minyak melonjak, maka transaksi berjalan (current account) akan semakin tertekan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2019 turun ke kisaran 2,5 dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun jika harga minyak naik terus, maka proyeksi ini bisa saja meleset.
Secara teknikal, dolar AS cenderung lebih superior dibandingkan rupiah. Terlihat dari pergerakan dolar terhadap rupiah yang bergerak di atas rata-rata nilainya selama lima hari (moving average five/MA5).
![]() |
Adapun level penghalang penguatan dolar AS (resistance) terhadap rupiah yang terdekat berada di level Rp 14.400 per dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Ekonomi AS Belum Kondusif, Rupiah Tancap Gas
Most Popular