Aduh, Rupiah Lesu 5 Hari Beruntun di Kurs Acuan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
21 January 2019 10:34
Aduh, Rupiah Lesu 5 Hari Beruntun di Kurs Acuan
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Arie Pratama)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs acuan hari ini. Pelemahan rupiah di kurs acuan sudah terjadi dalam 5 hari perdagangan beruntun. 

Pada Senin (21/1/2019), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.212. Rupiah melemah 0,21% dibandingkan posisi akhir pekan lalu dan mencapai titik terlemah sejak 4 Januari. 

Di kurs acuan, pelemahan rupiah sudah terjadi selama 5 hari perdagangan berturut-turut. Dalam periode tersebut, rupiah melemah 1,14 di hadapan greenback. 

Meski demikian, rupiah masih menguat 1,86% dibandingkan posisi akhir 2018. Sementara dalam sebulan terakhir, rupiah perkasa dengan penguatan 1,85% terhadap dolar AS di kurs acuan.

 

Rupiah bernasib serupa di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:11 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.200 di mana rupiah melemah 0,21%. Seperti halnya di kurs acuan, rupiah pun menyentuh titik terlemah sejak 4 Januari. 

Namun tidak seperti rupiah, kali ini mata uang Asia cenderung menguat di hadapan dolar AS. Selain rupiah, mata uang yang masih terjebak di zona merah hanya rupee India, won Korea Selatan, dan peso Filipina. 

Dengan depresiasi 0,21%, rupiah masih menjadi mata uang terlemah di Asia. Dalam hal melemah di hadapan dolar AS, rupiah jadi juara di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia pada pukul 10:15 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Melihat rupiah yang melemah di tengah semaraknya penguatan mata uang Asia, sepertinya faktor domestik lebih memegang peranan. Pertama, harus diakui penguatan rupiah sebelumnya sudah sangat kencang. 

Rupiah masih menguat 1,22% sejak awal tahun. Dalam sebulan terakhir, bahkan penguatan rupiah mencapai 2,4%. 

Penguatan rupiah yang sudah begitu tajam ini mengundang 'karma'. Rupiah menjadi rentan terkena koreksi teknikal. Investor yang sudah mendapatkan cuan tinggi tentu menjadi bernafsu melepas rupiah, sehingga mata uang Tanah Air rentan melemah. 

Kedua, harga minyak masih dalam jalur pendakian. Pada pukul 10:18 WIB, harga minyak jenis brent naik 0,4% dan light sweet bertambah 0,35%. Dalam sebulan terakhir, harga brent melonjak 16,67% dan light sweet meroket 17,59%. 



Apabila harga minyak terus reli, maka ini menjadi sentimen negatif buat rupiah. Harga minyak yang naik akan membuat biaya impor komoditas ini menjadi semakin mahal, artinya semakin banyak devisa yang 'terbakar' untuk keperluan impor. 

Ketika impor minyak melonjak, maka transaksi berjalan (current account) akan semakin tertekan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan pada 2019 turun ke kisaran 2,5 dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun jika harga minyak naik terus, maka proyeksi ini bisa saja meleset. 

Artinya, Indonesia masih akan kekurangan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Ini membuat fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh dan mata uang Tanah Air rentan melemah.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular