Posisi Rupiah Membaik, Tapi Tidak Bagus-bagus Amat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 January 2019 12:35
Posisi Rupiah Membaik, Tapi Tidak Bagus-bagus Amat
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Arie Pratama)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah masih terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Melawan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah belum mampu melepaskan diri dari zona merah. 

Pada Kamis (17/1/2019) pukul 12:03 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.160. Rupiah melemah 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.  

Rupiah mengawali perdagangan hari ini di posisi Rp 14.115/US$. Tidak melemah, tetapi tidak menguat alias stagnan.  

Namun situasi itu tidak bertahan lama. Rupiah perlahan terus melemah, bahkan sempat menjadi mata uang terlemah di Asia. 


Tengah hari ini, peruntungan rupiah sedikit membaik. Rupiah tidak lagi menjadi mata uang paling lemah di  Benua Kuning karena posisi itu kini ditempati rupee India. Akan tetapi, posisi rupiah juga tidak bagus-bagus amat karena masih menjadi mata uang terlemah kedua di Asia. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 12:08 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor eksternal dan domestik sama-sama memberatkan langkah rupiah. Dari sisi eksternal, investor masih menantikan dinamika seputar Brexit setelah proposal perceraian dengan Uni Eropa yang disusun pemerintahan Perdana Menteri Theresa May kandas dalam voting parlemen. 

Bahkan May sampai terancam kehilangan posisinya karena parlemen kemudian mengajukan mosi tidak percaya. Beruntung voting kali ini memihak May dengan skor 325-306. 


Namun risiko besar masih membayangi Negeri Ratu Elizabeth. Pelaku usaha meminta urusan Brexit untuk segera diselesaikan, atau minimal ada kejelasan. 

"Kami tetap beranggapan bahwa No Deal Brexit (Inggris tidak mendapatkan kompensasi apapun dari perpisahan dengan Uni Eropa) adalah jalan terakhir. Namun kami juga menyadari bahwa ada ketidakpastian setelah voting kemarin. Oleh karena itu, kami ingin agar pemerintah dan parlemen Inggris bekerja sama untuk menghindari No Deal Brexit, yang akan menyebabkan bencana bagi industri otomotif," papar Bob Shanks, Chief Financial Officer Ford, mengutip Reuters. 

Di bidang logistik, No Deal Brexit akan menyebabkan pemeriksaan kepabeanan lebih panjang dan memakan waktu. Jens Bjorn Andersen, CEO DSV (perusahaan perkapalan asal Denmark), memperkirakan antrean pemeriksaan pabean di Selat Inggris bisa menyebabkan antrean kapal sepanjang 130 km. 

Sentimen negatif dari Inggris ini masih kental mewarnai pergerakan pasar. Sikap main aman pun terlihat dengan keperksaan aset-aset safe haven seperti yen Jepang. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari dalam negeri, investor tengah menantikan pengumuman suku bunga acuan. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan di 6%. 


Namun sambil menunggu angka yang pasti, investor memilih wait dan see. Sikap ini semakin membebani laju rupiah. 


Selain itu, harus diakui bahwa sebelumnya rupiah sudah menguat terlalu kencang. Sejak akhir 2018 hingga kemarin, rupiah sudah menguat 1,81%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 3,35%. 

Penguatan yang sudah terlalu tajam ini membuat rupiah rentan mengalami koreksi teknikal. Sebagian investor mungkin terpancing untuk melepas rupiah karena cuan yang didapat sudah lumayan banyak. Tekanan jual akan selalu membayangi rupiah, sehingga rentan mengalami depresiasi. 


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular