Brexit Menyakiti, China Mengobati

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 January 2019 10:42
Data Ekonomi China Bantu Rupiah
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Pelemahan yang dialami rupiah cs di Asia disebabkan oleh sikap investor yang bermain aman setelah kejadian di Inggris. Pemerintahan Perdana Menteri Theresa May kalah dalam voting proposal Brexit yang digelar di parlemen dengan skor 432-202.  


Tidak hanya membuat masa depan Brexit menjadi suram, situasi juga semakin keruh kala PM May harus menghadapi mosi tidak percaya dari parlemen. "Gedung ini tidak lagi percaya kepada pemerintahan Yang Mulia Ratu," sebut keterangan dari Partai Buruh, pemimpin kubu oposisi. 

Jeremy Corbyn, Pemimpin Partai Buruh, akan berbicara di depan parlemen pada pukul 13:00 GMT. Kemudian May akan menanggapi, dan debat rencananya selesai pada pukul 19:00 GMT. 

Seusai debat, parlemen akan menggelar pemungutan suara untuk menentukan nasib pemerintahan May. Hasil voting diperkirakan keluar pada pukul 19:15 GMT. 

Sembari menunggu perkembangan dari Inggris, pelaku pasar pun enggan mengambil risiko. Aset aman seperti yen Jepang kebanjiran permintaan, menandakan investor sedang dalam mode risk aversion

Namun, pelemahan rupiah berkurang karena terbantu serangkaian data ekonomi yang positif di Asia. Harga properti residensial China pada Desember 2018 naik 9,7% year-on-year (YoY), lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 9,3% YoY. 

Masih dari China, perbankan Negeri Tirai Bambu tetap getol menyalurkan kredit. Penyaluran kredit baru pada Desember 2018 tercatat CNY 1,08 triliun, lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu CNY 800 miliar. 

Sepanjang 2018, penyaluran kredit baru di China mencapai CNY 16,17 triliun. Naik hampir 20% dibandingkan 2017. 

Data ini memberi harapan bahwa ekonomi China tidak akan terlalu melambat. Laju pertumbuhan ekonomi 6-6,5% yang menjadi target pemerintah untuk 2019 masih bisa tercapai, perlambatan yang tidak terlalu tajam dibandingkan 2018 yang diperkirakan 6,6%. 

China adalah perekonomian terbesar di Asia. Jika ekonomi China tetap kokoh, maka negara-negara lain juga akan tangguh termasuk Indonesia. 

Sebab, China adalah negara yang sangat penting bagi Indonesia. China merupakan negara tujuan ekspor utama, di mana sepanjang 2018 ekspor non-migas ke Negeri Panda tercatat US$ 24,39 miliar atau 15% dari total ekspor non-migas. 

Kalau ekonomi China masih kuat, maka permintaan produk-produk made in Indonesia akan tetap tinggi. Artinya, ekspor Indonesia akan meningkat dan menopang pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular