Pertama Kali Sejak Maret 2018, IHSG Tembus 6.400

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2019 17:10
CAD Berpotensi Kian Parah, Investor Sudah Price-In
Foto: Ekspor Perdana Kuala Tanjung. (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Dari dalam negeri, sejatinya ada sentimen negatif bagi IHSG yakni rilis data perdagangan internasional Indonesia periode Desember 2018. Menjelang akhir sesi 1, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor anjlok sebesar 4,62% YoY sepanjang bulan Desember.

Capaian ini jauh lebih buruk dibandingkan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,81% YoY. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 1,16%, juga lebih buruk dari ekspektasi yang sebesar 6,345% YoY.

Alhasil, defisit neraca dagang diumumkan sebesar US$ 1,1 miliar, lebih besar dari konsensus yang sebesar US$ 968 juta. Jika ditotal, defisit neraca dagang sepanjang kuartal-IV 2018 adalah sebesar US$ 4,92 miliar.

Dengan defisit neraca dagang yang begitu dalam, maka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) kemungkinan besar akan membengkak pada kuartal-IV 2018. Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014. Padahal kala itu, defisit neraca dagang hanya sebesar US$ 2,64 miliar.

Namun, hal ini sudah di price-in atau antisipasi oleh pelaku pasar. Pasalnya, defisit neraca dagang periode Oktober dan November (dirilis bulan November dan Desember) jika ditotal sudah mencapai US$ 3,82 miliar, lebih tinggi dari total defisit pada kuartal-III 2018.

Buktinya, rupiah tetap bisa menguat pada hari ini di pasar spot, yakni sebesar 0,25% ke level Rp 14.085/dolar AS. Bahkan, rupiah sempat menguat hingga 0,46% ke level Rp 14.055/dolar AS. (ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular