Rilis Neraca Dagang Bikin Deg-Degan, Pasar Obligasi Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2019 10:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi tanah air membukukan pelemahan pada perdagangan hari ini, ditunjukkan oleh naiknya seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan pemerintah Indonesia seri acuan.
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 (FR0077), 10 (FR0078), 15 (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun naik masing-masing sebesar 6,1 bps (7,958%), 2,5 bps (8,004%), 4,4 bps (8,379%), dan 4,4 bps (8,441%).
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Pada perdagangan hari ini, investor cukup gencar melepas obligasi pemerintah Indonesia seiring dengan kekhawatiran terkait rilis data perdagangan internasional Indonesia periode Desember 2018 yang dijadwalkan pada pukul 11:00 WIB.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 1,81% YoY, sementara impor diproyeksi tumbuh lebih kencang yaitu 6,345% YoY. Alhasil, neraca perdagangan diramal membukukan defisit senilai US$ 968 juta.
Jika neraca perdagangan Desember kembali defisit, maka akan mencatat hattrick karena neraca perdagangan juga tekor pada bulan Oktober dan November. Artinya sepanjang kuartal IV-2018, neraca perdagangan selalu negatif.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pun kemungkinan akan kembali bengkak pada kuartal-IV 2018. Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Pada akhirnya, rupiah akan kehilangan pijakan untuk menguat. Guna mengantisipasi hal tersebut, pelaku pasar yang kemungkinan besar berasal dari kalangan investor asing melakukan aksi jual terlebih dulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Daftar Barang Andalan Ekspor RI Sepanjang 2018
Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 (FR0077), 10 (FR0078), 15 (FR0068), dan 20 tahun (FR0079). Pada hari ini, yield obligasi tenor 5, 10, 15, dan 20 tahun naik masing-masing sebesar 6,1 bps (7,958%), 2,5 bps (8,004%), 4,4 bps (8,379%), dan 4,4 bps (8,441%).
Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 1,81% YoY, sementara impor diproyeksi tumbuh lebih kencang yaitu 6,345% YoY. Alhasil, neraca perdagangan diramal membukukan defisit senilai US$ 968 juta.
Jika neraca perdagangan Desember kembali defisit, maka akan mencatat hattrick karena neraca perdagangan juga tekor pada bulan Oktober dan November. Artinya sepanjang kuartal IV-2018, neraca perdagangan selalu negatif.
Defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pun kemungkinan akan kembali bengkak pada kuartal-IV 2018. Sebagai informasi, pada kuartal-III 2018 CAD mencapai 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB), terdalam sejak kuartal II-2014.
Pada akhirnya, rupiah akan kehilangan pijakan untuk menguat. Guna mengantisipasi hal tersebut, pelaku pasar yang kemungkinan besar berasal dari kalangan investor asing melakukan aksi jual terlebih dulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Daftar Barang Andalan Ekspor RI Sepanjang 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular