Karena China, Wall Street Kembali Terkoreksi

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
15 January 2019 06:26
Dow Jones Industrial Average melemah 0,36%, S&P 500 turun 0,53%, dan Nasdaq anjlok 0,94%.
Foto: New York Stock Exchange (NYSE) (REUTERS/Shannon Stapleton)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks-indeks acuan Wall Street rontok pada perdagangan hari Senin (14/1/2019) saat musim laporan keuangan emiten dimulai. Kekhawatiran akan melambatnya ekonomi China membebani sentimen investor.

Dow Jones Industrial Average melemah 0,36%, S&P 500 turun 0,53%, dan Nasdaq anjlok 0,94%. Ini adalah kali pertama di 2019 Wall Street mencatatkan pelemahan selama dua sesi perdagangan beruntun.


Saham-saham Amazon, Apple, Netflix, dan Alphabet semuanya turun tajam lebih dari 1% dan membuat sektor teknologi S&P 500 rontok 0,9%.

Para investor mengkhawatirkan data ekonomi terbaru yang menunjukkan ekspor dan impor secara tidak terduga melemah di China. Data tersebut memperdalan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan di perekonomian terbesar kedua dunia itu, dilansir dari CNBC International.

Ekspor China secara keseluruhan pada bulan Desember turun 4,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah penurunan bulanan terbesar dalam dua tahun terakhir.

Impor China juga secara tak terduga mengalami kontraksi di Desember, turun 7,6%, yang merupakan penurunan terbesar sejak Juli 2016.

Penurunan itu menyebabkan China memiliki surplus perdagangan US$57,06 miliar di Desember.

Surplus perdagangan keseluruhan China untuk 2018 adalah US$351,76 miliar, kata pemerintah. Ekspor keseluruhan 2018 naik 9,9% dari 2017 sementara impor tumbuh 15,8% dibandingkan periode yang sama, menurut data resmi dalam mata uang dolar.

China adalah negara tujuan utama ekspor perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) sehingga perlambatan ekonomi di Negeri Tirai Bambu akan ikut juga memukul kinerja keuangan emiten.


Selain itu, musim pelaporan kinerja keuangan emiten di bursa AS juga dimulai hari Senin. Citigroup menjadi perusahaan pertama yang melaporkan kinerjanya.

Citigroup mengumumkan laba yang lebih kuat dari perkiraan, namun bank tersebut juga mengatakan pendapatan perdagangan fixed-income anjlok 21%.

Laba perusahaan S&P 500 diperkirakan tumbuh 12,6% di kuartal terakhir tahun lalu, menurut Lindsey Bell, ahli strategi di CFRA Research. Laba perusahaan naik tajam 25% di sepanjang tiga kuartal pertama 2018.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular