Gonjang-Ganjing Brexit Kerek Harga Emas

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
14 January 2019 19:44
Hari ini (14/1/2019) hingga pukul 19:00 WIB, harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 terus menguat sebesar 0,48%.
Foto: Dok Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 pada perdagangan hari ini (14/1/2019) hingga pukul 19:00 WIB, terus menguat sebesar 0,48% di posisi US$ 1.295,8/troy ounce.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (9/1/2019), harga emas dunia juga ditutup menguat 0,16% di posisi US$ 1.289,5/troy ounce.

Secara mingguan harga emas sudah menguat 0,38% sedangkan performa tahunan harga emas tercatat minus 3%.





Naiknya harga emas pada hari ini kuat didorong oleh sentimen negatif terhadap dolar Amerika Serikat. Pasalnya bank sentral AS (The Fed) mengeluarkan sikap yang terkesan dovish (menahan laju suku bunga) pada pekan lalu.

Gubernur The Fed, Jerome Powell pada Jumat (11/1/2019) mengatakan bahwa The Fed akan lebih sabar untuk mengambil kebijakan moneter sembari melihat tingkat inflasi di AS yang stabil, mengutip Reuters.

Menurut survei yang dilakukan CME, sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa The Fed benar-benar tidak akan menaikkan suku bunganya tahun ini.

Akibatnya dolar menjadi tertekan, dilihat dari nilai Dollar Index (DXY) yang hari ini terkoreksi 0,06%. Nilai DXY menyatakan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia.

"Pelaku pasar merasa adanya perubahan dalam sikap (stance) The Fed menjadi lebih akomodatif. Kami juga melihat dolar melemah untuk beberapa sesi," ujar Michael McCarthy, kepala strategi CMC Markets and Strockbroking.

Tertekannya hagra dolar membuat emas menjadi relatif lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Selain itu, semakin tegangnya isu Brexit di Inggris juga membuat pasar semakin khawatir akan pelemahan ekonomi dunia. Perdana Menteri Inggris, Theresa May harus memenangkan suara pada voting parlemen yang akan berlangsung pada 15 Januari mendatang, untuk dapat mengimplementasikan proposal kesepakatan Brexit yang diajukan pemerintah.

Bila gagal, dan Brexit tetap berjalan tanpa kesepakatan (no deal Brexit), maka perekonomian Inggris diprediksi akan tumbuh minus 8%. Bila hal tersebut benar-benar terjadi, maka perlambatan ekonomi dunia akan semakin parah, mengingat dampak perang dagang AS-China sudah nyata terlihat.

Selain itu, hari ini masuk hari ke-24 penutupan sebagian layanan pemerintah AS, yang dipelopori anggaran tembok perbatasan Mexico usulan presiden Donald Trump yang tak kunjung disetujui. Masih belum bisa diprediksi kapan government shutdown ini akan berakhir.

Dalam kondisi yang penuh kekhawatiran seperti sekarang ini, emas memang lumrah dijadikan pelindung nilai kekayaan. Pasalnya, investor masih agak ragu-ragu untuk berinvestasi pada intrumen yang lebih beresiko lainnya. Harga emas memang relatif stabil.

Namun demikian, Nicholas Frappel, General Manager ABC Bullion, seperti dikutip Reuters, menilai harga emas mendapatkan resistensi pada kisaran harga US$ 1.300/troy ounce.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular