Bisnis Maskapai Masih Berat di 2019, Ini Masalahnya

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 January 2019 18:34
Bima INDEF: Momen Politik, Perlambat Bisnis Maskapai
Foto: REUTERS/Charles Platiau
Hal senada juga disampaikan peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara. Menurut Bhima, kinerja maskapai penerbangan tahun ini relatif berjalan lebih lamban, mengingat adanya perhelatan tahun politik.

Selain itu, target pertumbuhan wisatawan mancanengara tahun lalu yang tidak mencapai target patut menjadi sorotan. 
"Artinya dari sisi demand agak melambat, ini harus hati-hati," kata Bhima kepada CNBC Indonesia saat ditemui di ITS Tower, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).  Bhima menilai, industri penerbangan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi harga bahan bakar. Sebab itu, tugas pemerintah memastikan nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan fundamental. "Karena pelemahan kurs tidak bisa diprediksi, ke depan bisa berpotensi melemah, belum lagi suku cadang juga impor, itu juga pengaruh," tegasnya.  Kinerja beberapa emiten sektor penerbangan di BEI memang belum pulih benar. Harga minyak mentah yang masih di level US$ 59/barel terus berdampak pada harga energi, termasuk avtur.

Mengacu laporan keuangan per September 2018, Garuda Indonesia mulai mengurangi rugi bersih menjadi US$ 114,08 juta dari September 2017 sebesar US$ 222,04 juta. Pendapatan Garuda mulai naik menjadi US$ 3,22 miliar pada periode itu dari sebelumnya US$ 3,11 miliar. Di sisi lain, PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) menderita rugi Rp 639,16 miliar, naik dari sebelumnya Rp 416,74 miliar.

  (tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular