
Rupiah Tak Kuasa Melawan Takdir
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 January 2019 12:34

Sementara dari dalam negeri, rupiah memang rentan melemah karena sebelumnya sudah menguat sangat tajam. Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat 1,58% di hadapan dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah sudah terapresiasi 2,26% di hadapan dolar AS.
Ini membuat rupiah rentan terserang koreksi teknikal. Penguatan rupiah yang sedemikian tajam membuat investor merasa tergoda untuk mencairkan laba. Aksi jual membayangi rupiah, sehingga rentan mengalami depresiasi.
Kemudian, investor juga memperkirakan neraca perdagangan Indonesia yang diumumkan esok hari masih akan mencatat defisit. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan pada Desember 2018 tekor US$ 1 miliar.
Apabila terwujud, maka neraca perdagangan mengalami defisit selama kuartal IV-2018. Pada Oktober, neraca perdagangan minus US$ 1,82 miliar dan sebulan kemudian negatif US$ 2,05 miliar.
Artinya, transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018 kemungkinan besar masih membukukan defisit yang dalam. Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan kuartal lalu masih di atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Prospek transaksi berjalan yang suram bisa jadi membuat investor berpikir ulang untuk mengoleksi aset berbasis rupiah. Sebab saat defisit transaksi berjalan semakin parah, maka fundamental penyokong rupiah akan kian rapuh sehingga mata uang Tanah Air berpotensi untuk melemah lebih lanjut. Investor tentu enggan memegang aset yang nilainya berpotensi turun.
Serangkaian faktor eksternal dan domestik tersebut membuat rupiah memang wajar melemah. Penguatan rupiah kala pembukaan pasar seolah melawan takdir, dan yang namanya takdir tidak bisa dilawan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ini membuat rupiah rentan terserang koreksi teknikal. Penguatan rupiah yang sedemikian tajam membuat investor merasa tergoda untuk mencairkan laba. Aksi jual membayangi rupiah, sehingga rentan mengalami depresiasi.
Kemudian, investor juga memperkirakan neraca perdagangan Indonesia yang diumumkan esok hari masih akan mencatat defisit. Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan pada Desember 2018 tekor US$ 1 miliar.
Artinya, transaksi berjalan (current account) pada kuartal IV-2018 kemungkinan besar masih membukukan defisit yang dalam. Bank Indonesia memperkirakan defisit transaksi berjalan kuartal lalu masih di atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Prospek transaksi berjalan yang suram bisa jadi membuat investor berpikir ulang untuk mengoleksi aset berbasis rupiah. Sebab saat defisit transaksi berjalan semakin parah, maka fundamental penyokong rupiah akan kian rapuh sehingga mata uang Tanah Air berpotensi untuk melemah lebih lanjut. Investor tentu enggan memegang aset yang nilainya berpotensi turun.
Serangkaian faktor eksternal dan domestik tersebut membuat rupiah memang wajar melemah. Penguatan rupiah kala pembukaan pasar seolah melawan takdir, dan yang namanya takdir tidak bisa dilawan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular