
Jumlah Pekerja Turun, Kenapa Biaya Karyawan HERO Naik Terus?
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 January 2019 20:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemutusan hubungan kerja (PHK) bukanlah baru kali ini dijalankan oleh PT Hero Supermarket Tbk (HERO). Meski ada pengurangan 3.500 karyawan di perseroan dalam lima tahun terakhir, beban karyawan justru melesat dua kali lipat. Ada apa?
Perusahaan ritel modern pertama di Indonesia itu dalam keterangan resminya pada Minggu (13/1/2019) menyebutkan 26 gerai harus ditutup dan dan 532 karyawan di-PHK. Pil pahit itu diambil sebagai upaya efisiensi di tengah kian ketatnya bisnis ritel modern di tengah maraknya e-commerce.
Didirikan pada tahun 1971 oleh Muhammad Saleh Kurnia, kini HERO dikendalikan oleh Jardine Matheson Holdings Ltd--yang juga pemegang saham utama di PT Astra International Tbk--dengan kepemilikan sebesar 85,76% saham melalui Mulgrave Corporation B.V dan Dairy Farm Co.Ltd.
Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, jumlah karyawan HERO terus menurun sejak menyentuh angka tertingginya sebanyak 16.929 orang pada September 2014, menjadi 13.886 orang per September 2018.
Secara akumulatif, jumlah penurunan karyawan tersebut mencapai 3.043 orang (sejak September 2014-September 2018) atau rata-rata sebanyak 609 orang per tahun. Perhitungan ini belum memasukkan jumlah PHK terbaru kemarin.
Uniknya, penurunan jumlah karyawan HERO justru diikuti peningkatan biaya karyawan secara konsisten. Secara akumulatif, biaya yang dikeluarkan HERO untuk urusan karyawan (gaji, remunerasi dan kompensasi PHK) naik sebesar Rp 235 miliar, dari posisi September 2014 (Rp 768 miliar).
Jika dihitung rata-rata dana yang dikeluarkan perseroan untuk karyawannya, nilai kompensasi ketenagakerjaan itu justru meningkat dari rata-rata Rp 45,4 juta per kepala (September 2014), menjadi Rp 72 juta per kepala pada September 2018.
Padahal, beban karyawan adalah salah satu penyumbang terbesar pos 'beban usaha' HERO, dengan menyumbang rata-rata sepertiga lebih, atau 35%, dari total beban usaha per tahun. Tidak heran, pos ini selalu menjadi sasaran utama dalam strategi efisiensi perseroan.
Namun jika melihat data historis tersebut, terlihat bahwa upaya efisiensi biaya yang hendak dicapai HERO melalui pemangkasan jumlah karyawannya 5 tahun terakhir belum menurunkan beban yang dipikul guna membiayai karyawan, alias baru sebatas mencegah adanya kenaikan tambahan di pos ini.
NEXT
Perusahaan ritel modern pertama di Indonesia itu dalam keterangan resminya pada Minggu (13/1/2019) menyebutkan 26 gerai harus ditutup dan dan 532 karyawan di-PHK. Pil pahit itu diambil sebagai upaya efisiensi di tengah kian ketatnya bisnis ritel modern di tengah maraknya e-commerce.
Didirikan pada tahun 1971 oleh Muhammad Saleh Kurnia, kini HERO dikendalikan oleh Jardine Matheson Holdings Ltd--yang juga pemegang saham utama di PT Astra International Tbk--dengan kepemilikan sebesar 85,76% saham melalui Mulgrave Corporation B.V dan Dairy Farm Co.Ltd.
Secara akumulatif, jumlah penurunan karyawan tersebut mencapai 3.043 orang (sejak September 2014-September 2018) atau rata-rata sebanyak 609 orang per tahun. Perhitungan ini belum memasukkan jumlah PHK terbaru kemarin.
JUMLAH KARYAWAN HERO SUPERMARKET | |||
PERIODE | KARYAWAN | BIAYA (RP MILIAR) | RERATA (RP JUTA/ORANG) |
Sept. 2018 | 13.886 | 1.000 | 72 |
Sept. 2017 | 14.724 | 971 | 65,9 |
Sept. 2016 | 15.876 | 925 | 58,3 |
Sept. 2015 | 16.747 | 893 | 53,3 |
Sept. 2014 | 16.929 | 768 | 45,4 |
Sept. 2013 | 15.747 | 596 | 37,8 |
Sumber: BEI |
Uniknya, penurunan jumlah karyawan HERO justru diikuti peningkatan biaya karyawan secara konsisten. Secara akumulatif, biaya yang dikeluarkan HERO untuk urusan karyawan (gaji, remunerasi dan kompensasi PHK) naik sebesar Rp 235 miliar, dari posisi September 2014 (Rp 768 miliar).
Jika dihitung rata-rata dana yang dikeluarkan perseroan untuk karyawannya, nilai kompensasi ketenagakerjaan itu justru meningkat dari rata-rata Rp 45,4 juta per kepala (September 2014), menjadi Rp 72 juta per kepala pada September 2018.
Padahal, beban karyawan adalah salah satu penyumbang terbesar pos 'beban usaha' HERO, dengan menyumbang rata-rata sepertiga lebih, atau 35%, dari total beban usaha per tahun. Tidak heran, pos ini selalu menjadi sasaran utama dalam strategi efisiensi perseroan.
Namun jika melihat data historis tersebut, terlihat bahwa upaya efisiensi biaya yang hendak dicapai HERO melalui pemangkasan jumlah karyawannya 5 tahun terakhir belum menurunkan beban yang dipikul guna membiayai karyawan, alias baru sebatas mencegah adanya kenaikan tambahan di pos ini.
NEXT
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular