
Jumlah Pekerja Turun, Kenapa Biaya Karyawan HERO Naik Terus?
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
13 January 2019 20:25

Lalu apa pemicu inefektivitas program efisiensi yang dilakukan oleh HERO? Setidaknya ada tiga penjelasan. Pertama, terjadi kenaikan gaji (serta remunerasi) karyawannya secara rata-rata yang membuat total biaya untuk pos karyawan meningkat.
Kedua, terjadi lonjakan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar kompensasi bagi karyawan yang di-PHK, yakni berupa pesangon, dan ketiga adalah gabungan kedua faktor tersebut yang terjadi secara bersamaan.
Kenaikan gaji tahunan berefek besar bagi grup HERO karena kebanyakan gerai mereka berada di Jawa, di mana upah minimum provinsi (UMP) di pulau utama nasional ini memang lebih tinggi. Akibatnya, tiap kenaikan UMP tahunan—rata-rata 8%, maka beban karyawan pun meningkat.
Sebagai catatan, gerai grup HERO di luar jawa (per Juni 2018) hanya sebanyak 56 unit, atau hanya setara 12,5% dari total gerai yang dioperasikan perseroan. Gerai grup HERO meliputi supermarket, hipermarket, toko kesehatan, kecantikan, hingga perabot rumah tangga.
Per September 2018, beban karyawan yang dikeluarkan Hero naik 2,99% dari Rp 971 miliar menjadi Rp 1 triliun. Jika dibandingkan dengan inflasi—yang menjadi indikator utama kenaikan gaji tahunan—kenaikan itu masih terbilang wajar karena inflasi pada periode yang sama mencapai 2,88%.
Namun, pertumbuhan beban karyawan itu juga masih lebih rendah dari rata-rata kenaikan UMP yang mencapai 8%. Hingga detik ini, perseroan belum menginformasikan lokasi gerai yang akan ditutup termasuk juga target efisiensi.
Menurut perhitungan kasar, dengan berkurangnya karyawan sebanyak 532 orang tahun ini, atau setara dengan 3,88% dari total karyawannya, maka bisa diraih penghematan senilai Rp 38,8 miliar. Ini baru memasukkan pengurangan beban gaji, dan belum memasukkan faktor kompensasi PHK.
Jika investor ingin mengukur efek efisiensi HERO dari PHK kali ini, maka perhatikan berapa persen kenaikan gaji dan remunerasi karyawannya tahun ini. Tak lupa, perhatikan juga kinerja bisnis makanan HERO yang sejauh ini menjadi penyumbang utama pendapatan perseroan, dengan porsi sebesar 79,33%.
Pada Jumat akhir pekan lalu harga saham HERO ditutup di level Rp 855 per unit saham atau flat dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Kedua, terjadi lonjakan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar kompensasi bagi karyawan yang di-PHK, yakni berupa pesangon, dan ketiga adalah gabungan kedua faktor tersebut yang terjadi secara bersamaan.
Kenaikan gaji tahunan berefek besar bagi grup HERO karena kebanyakan gerai mereka berada di Jawa, di mana upah minimum provinsi (UMP) di pulau utama nasional ini memang lebih tinggi. Akibatnya, tiap kenaikan UMP tahunan—rata-rata 8%, maka beban karyawan pun meningkat.
Per September 2018, beban karyawan yang dikeluarkan Hero naik 2,99% dari Rp 971 miliar menjadi Rp 1 triliun. Jika dibandingkan dengan inflasi—yang menjadi indikator utama kenaikan gaji tahunan—kenaikan itu masih terbilang wajar karena inflasi pada periode yang sama mencapai 2,88%.
Namun, pertumbuhan beban karyawan itu juga masih lebih rendah dari rata-rata kenaikan UMP yang mencapai 8%. Hingga detik ini, perseroan belum menginformasikan lokasi gerai yang akan ditutup termasuk juga target efisiensi.
Menurut perhitungan kasar, dengan berkurangnya karyawan sebanyak 532 orang tahun ini, atau setara dengan 3,88% dari total karyawannya, maka bisa diraih penghematan senilai Rp 38,8 miliar. Ini baru memasukkan pengurangan beban gaji, dan belum memasukkan faktor kompensasi PHK.
Jika investor ingin mengukur efek efisiensi HERO dari PHK kali ini, maka perhatikan berapa persen kenaikan gaji dan remunerasi karyawannya tahun ini. Tak lupa, perhatikan juga kinerja bisnis makanan HERO yang sejauh ini menjadi penyumbang utama pendapatan perseroan, dengan porsi sebesar 79,33%.
Pada Jumat akhir pekan lalu harga saham HERO ditutup di level Rp 855 per unit saham atau flat dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular