Emas Butuh Katalis untuk Bangkit Lagi

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 January 2019 19:05
Sore hari ini (11/1/2019) hingga pukul 18:00 WIB, harga emas di pasar berjangka kontrak Februari 2019 terus menguat sebesar 0,48%
Foto: REUTERS/Edgar Su
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas hingga perdaganagn sore hari ini (11/1/2019) hingga pukul 18:00 WIB untuk kontrak berjangka Februari 2019 terus menguat sebesar 0,48% di posisi US$ 1.293,6/troy ounce. 

Pada penutupan perdagangan kemarin (9/1/2019), harga emas dunia ditutup menguat melemah 0,36% di posisi US$ 1.287,4.

Secara mingguan, harga emas meningkat 0,61%, sedangkan performa tahunan logam mulia ini tercatat minus 2,2%.



Hasil positif perang dagang memang kuat diduga menekan harga emas kemarin.

Namun, dengan tidak adanya kontrak perjanjian apapun yang dihasilkan dari perundingan Amerika Serikat (AS)-China kemarin, membuat sentimen negatif terhadap komoditas ini tidak bertahan lama.

Perlambatan ekonomi dunia yang kian nyata masih kuat membayangi. Akibatnya, investor masih terkesan ragu-ragu untuk lebih berani berinvestasi pada instrument beresiko lainya.

Ditambah lagi adanya perubahan sikap yang seakan diperlihatkan oleh Bank Sentral AS (The Fed) . Siang ini, Gubernur The Fed, Jerome Powell memberi sinyal bahwa The Fed cenderung akan dovish tahun ini.

Powel mengatakan bahwa The Fed akan lebih sabar untuk mengambil kebijakan moneter sembari melihat tingkat inflasi di AS yang stabil. Mendengar ini, pelaku pasar makin optimis tidak ada kenaikan suku bunga acuan sama sekali di tahun ini.

Bahkan, menurut survei yang dilakukan CME, 97% pelaku pasar yakin bahwa The Fed benar-benar tidak akan menaikkan suku bunga di tahun 2019.

Hal tersebut membuat dolar AS menjadi semakin tertekan. Terlihat dari nilai Dollar Index (DXY) yang terkoreksi 0,23% hari ini (hingga pukul 18:00 WIB), dimana menggambarkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang utama dunia.

Pasalnya, pada 2018 silam, investor masih memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak 2 kali lagi tahun ini (50 bps). Dengan runtuhnya prediksi tersebut, maka perhitungan investor menjadi keliru. Sebab ternyata dolar AS tahun ini kuat diduga tidak akan mengulangi keyajaannya pada tahun 2019.

Saat dolar cenderung lemah, ditambah sentimen perlambatan ekonomi, emas memang seringkali dijadikan pelingdung nilai karena harganya yang relatif lebih stabil.

Namun demikian tingginya harga emas saat ini diperkirakan hampir menyentuh titik kritisnya. "Emas membutuhkan berita baru untuk menembus level US$ 1.300/troy ounce. Sebab level US$ 1.299 akan menjadi level kritis untuk kenaikan lebih lanjut dengan resistensi ringan di US$ 1.310, "kata Hareesh V, kepala penelitian komoditas di Geojit Financial Services, seperti yang dilansir dari Reuters.




TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular