
Menguat 0,52%, IHSG ke Posisi Tertinggi Sejak Maret 2018
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
11 January 2019 16:49

Disamping sentimen positif berupa damai dagang AS-China, penguatan rupiah menambah kepercayaan diri investor. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,07% di pasar spot ke level Rp 14.040/dolar AS.
Dolar AS memang sedang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,14%. Pukulan bagi dolar AS datang dari pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.
Tidak hanya Powell, pernyataan Wakil Gubernur Richard Clarida pun kian memberi konfirmasi bahwa The Fed sudah melunak. Clarida memberi sinyal The Fed harus siap mengubah posisi (stance) kebijakan menjadi ke arah pro pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar kini menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 70,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi. (ank/hps)
Dolar AS memang sedang lesu, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,14%. Pukulan bagi dolar AS datang dari pernyataan Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell. Berbicara di forum Economic Club of Washington, sang The Fed-1 menegaskan pandangan bahwa bank sentral Negeri Paman Sam akan lebih berhati-hati dalam melakukan normalisasi suku bunga acuan.
"Dengan inflasi rendah dan terkendali, kami bisa lebih sabar dan memantau dengan saksama bagaimana narasi pada 2019," tuturnya, mengutip Reuters.
"Pertumbuhan ekonomi negara-negara lain mengalami moderasi. Perkembangan ini berdampak kepada perekonomian AS. Jika situasi ini bertahan, maka kebijakan moneter harus berubah untuk mengatasi hal tersebut," kata Clarida, mengutip Reuters.
Sepanjang tahun 2018, normalisasi suku bunga acuan sebanyak 4 kali (100 bps) yang dieksekusi oleh The Fed menjadi motor utama penguatan dolar AS. Bersamaan dengan komentar Powell dan Clarida, pelaku pasar kini menjadi ragu bahwa The Fed akan melakukan normalisasi sebanyak 2 kali (50 bps) pada tahun ini, seperti yang mereka proyeksikan pada pertemuan bulan Desember.
Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 11 Desember 2019, probabilitas tidak adanya kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini adalah sebesar 70,8%, naik dari posisi 1 hari sebelumnya yang sebesar 70,3%. Jika dibandingkan dengan posisi 1 bulan lalu yang sebesar 35,4%, maka kenaikannya menjadi jauh lebih tinggi. (ank/hps)
Next Page
Investor Asing Tebar Dana Rp 814 Miliar
Pages
Most Popular