
Rupiah Memang Menguat, Tapi Jauh dari Zona Liga Champions
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2019 16:41

Penguatan rupiah yang tergerus disebabkan oleh kebangkitan harga minyak, yang nyaris sepanjang hari ini tertekan. Pada pukul 16:19 WIB, harga minyak jenis brent naik 1,01% dan light sweet melesat 1,18%.
Harga si emas hitam terdongrak karena harapan damai dagang AS-China yang semakin nyata. Setelah dialog tingkat menteri di Beijing pekan ini, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
"Rencananya Wakil Perdana Menteri Liu He kemungkinan besar akan datang pada akhir bulan ini. Kami akan melanjutkan pembicaraan yang telah dimulai," ungkap Mnuchin, dikutip dari Reuters.
"Kita melihat kedua pihak bersedia untuk kembali ke meja perundingan. Ini sangat menggembirakan," ujar Myron Brilliant, Kepala Grup Perdagangan Internasional US Chamber of Commerce, mengutip Reuters.
Pelaku pasar dan dunia usaha pun semringah. Prospek damai dagang AS-China semakin terbuka dan membawa kemakmuran bagi dunia.
Arus perdagangan akan lancar sehingga pertumbuhan ekonomi global bisa terjaga positif. Hasilnya adalah ada kemungkinan permintaan energi tetap tinggi karena menggeliatnya perekonomian global. Sentimen ini membuat harga minyak terangkat.
Bagi rupiah, kenaikan harga minyak bukanlah sebuah berkah. Saat harga minyak naik, maka biaya impor komoditas tersebut akan ikut membengkak.
Transaksi berjalan (current account) terancam mengalami defisit yang semakin parah. Saat defisit transaksi berjalan semakin dalam, artinya rupiah akan kian kekurangan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh sehingga rentan 'digoyang'.
Namun sentimen damai dagang AS-China itu juga membawa kabar baik. Berkat poros Beijing-Washington yang semakin erat, investor menjadi lebih berani berharap keduanya akan segera menyudahi perang dagang.
Optimisme terhadap perekonomian dunia yang lebih baik membuat pelaku pasar berani masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 812,66 miliar yang membuat IHSG menguat 0,52% saat penutupan pasar. Arus modal itu sedikit banyak mampu mengangkat rupiah.
Jadi, sentimen damai dagang AS-China bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi sentimen tersebut mengatrol harga minyak sehingga membawa kabar buruk bagi rupiah.
Namun di sisi lain, sentimen ini juga membuat investor masih berani masuk ke pasar keuangan Indonesia. Secara neto, dampaknya masih positif buat rupiah meski sangat terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Harga si emas hitam terdongrak karena harapan damai dagang AS-China yang semakin nyata. Setelah dialog tingkat menteri di Beijing pekan ini, Wakil Perdana Menteri China Liu He dijadwalkan bertandang ke Washington untuk bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer.
"Rencananya Wakil Perdana Menteri Liu He kemungkinan besar akan datang pada akhir bulan ini. Kami akan melanjutkan pembicaraan yang telah dimulai," ungkap Mnuchin, dikutip dari Reuters.
Pelaku pasar dan dunia usaha pun semringah. Prospek damai dagang AS-China semakin terbuka dan membawa kemakmuran bagi dunia.
Arus perdagangan akan lancar sehingga pertumbuhan ekonomi global bisa terjaga positif. Hasilnya adalah ada kemungkinan permintaan energi tetap tinggi karena menggeliatnya perekonomian global. Sentimen ini membuat harga minyak terangkat.
Bagi rupiah, kenaikan harga minyak bukanlah sebuah berkah. Saat harga minyak naik, maka biaya impor komoditas tersebut akan ikut membengkak.
Transaksi berjalan (current account) terancam mengalami defisit yang semakin parah. Saat defisit transaksi berjalan semakin dalam, artinya rupiah akan kian kekurangan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa. Fundamental penyokong rupiah menjadi rapuh sehingga rentan 'digoyang'.
Namun sentimen damai dagang AS-China itu juga membawa kabar baik. Berkat poros Beijing-Washington yang semakin erat, investor menjadi lebih berani berharap keduanya akan segera menyudahi perang dagang.
Optimisme terhadap perekonomian dunia yang lebih baik membuat pelaku pasar berani masuk ke instrumen-instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di pasar saham, investor asing membukukan beli bersih Rp 812,66 miliar yang membuat IHSG menguat 0,52% saat penutupan pasar. Arus modal itu sedikit banyak mampu mengangkat rupiah.
Jadi, sentimen damai dagang AS-China bagai dua sisi mata uang. Di satu sisi sentimen tersebut mengatrol harga minyak sehingga membawa kabar buruk bagi rupiah.
Namun di sisi lain, sentimen ini juga membuat investor masih berani masuk ke pasar keuangan Indonesia. Secara neto, dampaknya masih positif buat rupiah meski sangat terbatas.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular