
Bisakah Dolar Tembus Rp 13.000-an? Ini Jawaban BI
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
11 January 2019 14:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat di awal tahun ini. Menurut catatan Bank Indonesia (BI), rupiah telah menguat 1,8% year-to-date terhadap greenback.
Pada Jumat (11/1/2018) pukul 14:00 WIB, US$1 dihargai Rp 14.045. Rupiah masih menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Setelah sempat melemah hingga di atas Rp 15.000 akhir tahun lalu, kini muncul pertanyaan apakah mata uang Garuda akan mampu menguat ke bawah level Rp 14.000.
"Kita tidak bicara level, ya," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo di gedung BI, Jumat (11/1/2019), saat ditanya mengenai kemungkinan rupiah menguat hingga ke Rp 13.800 per dolar AS.
"Tentunya BI akan menjaga fundamental rupiahnya berada di situ," tambahnya.
BI memandang masih ada beberapa risiko ketidakpastian global yang masih mengancam rupiah. Beberapa di antaranya adalah perekonomian di Eropa diperkirakan masih akan bias ke bawah, China yang mengoreksi pertumbuhan ekonominya, dan pertumbuhan AS yang tidak akan secepat di 2018.
"Jadi, uncertainty masih kita kalkulasi meskipun tentunya di awal-awal tahun ini kalkulasi kita, gambaran kita cukup positif dari sisi pasar keuangannya," kata Dody.
"Kita berharap dukungan dari domestik ekonomi akan memberikan positif ke sentimen pasar," ujarnya.
Ia berharap angka cadangan devisa yang terus membaik dapat ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat tahun lalu.
(prm/roy) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Pada Jumat (11/1/2018) pukul 14:00 WIB, US$1 dihargai Rp 14.045. Rupiah masih menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Setelah sempat melemah hingga di atas Rp 15.000 akhir tahun lalu, kini muncul pertanyaan apakah mata uang Garuda akan mampu menguat ke bawah level Rp 14.000.
"Tentunya BI akan menjaga fundamental rupiahnya berada di situ," tambahnya.
BI memandang masih ada beberapa risiko ketidakpastian global yang masih mengancam rupiah. Beberapa di antaranya adalah perekonomian di Eropa diperkirakan masih akan bias ke bawah, China yang mengoreksi pertumbuhan ekonominya, dan pertumbuhan AS yang tidak akan secepat di 2018.
"Jadi, uncertainty masih kita kalkulasi meskipun tentunya di awal-awal tahun ini kalkulasi kita, gambaran kita cukup positif dari sisi pasar keuangannya," kata Dody.
"Kita berharap dukungan dari domestik ekonomi akan memberikan positif ke sentimen pasar," ujarnya.
Ia berharap angka cadangan devisa yang terus membaik dapat ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat tahun lalu.
(prm/roy) Next Article Rupiah Sulit Menuju Level 13.500. Jadi BI Harus Apa?
Most Popular