Friday I'm in Love Tak Cocok Buat Rupiah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 January 2019 08:36
Rupiah Sudah Terlalu Kuat
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Sentimen domestik dan eksternal memang tidak suportif buat rupiah. Dari dalam negeri, penguatan rupiah yang sudah cukup tajam rentan terhadap koreksi teknikal. 

Selama sebulan terakhir, rupiah menguat 3,44%. Bahkan dalam 3 bulan ke belakang, apresiasi rupiah mencapai 7,75%. 

 

Kemudian, kemarin ada rilis data yang kurang oke. Bank Indonesia (BI) mencatat ada ekspansi dunia usaha yang ditunjukkan dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang tumbuh 6,19% pada kuartal IV-2018. Masih positif, yang menggambarkan ekspansi. 

Namun ekspansi dunia usaha melambat signifikan dibandingkan kuartal III-2018, di mana SBT tumbuh 14,23%. Dibandingkan kuartal IV-2017, juga ada perlambatan karena saat itu SBT tumbuh 7,4%. 

Salah satu faktor yang membuat ekspansi dunia usaha kurang semarak adalah kenaikan suku bunga. Tahun lalu, BI menaikkan suku bunga acuan sampai 175 basis poin, yang ikut mengerek suku bunga pinjaman di tingkat perbankan. Biaya ekspansi menjadi semakin mahal sehingga lajunya melambat. 

Sementara angka Prompt Manufacturing Index kuartal IV-2018 berada di 51,92%. Industri manufaktur masih ekspansif karena di atas 50%, tetapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 52,02%. 

Data-data ini menggambarkan bahwa dunia usaha di dalam negeri memperlambat lajunya yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dengan prospek perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, rupiah bukan menjadi aset yang seksi untuk dikoleksi. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular