
Analisis Teknikal
The Fed Dovish, Tapi Dolar Mulai Bergerak Naik
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
10 January 2019 13:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) mulai bergerak naik (technical rebound) setelah mengalami tekanan cukup hebat akibat nada dovish dari FOMC the Federal Reserves meeting.
Pergerakan dolar AS tercermin dari posisi Dollar Index (DXY) yang mencerminkan posisi dolar dihadapan enam mata uang kuat dunia lainnya. Hingga berita ini dimuat DXY diperdagangkan pada level 95.125. DXY bergerak naik setelah gagal menembus level penahannya di 95.00.
Pergerakan DXY memang cenderung bergerak menurun sejak pertengahan Desember 2018, terlihat dari puncak-puncak grafik yang terus menurun (lower peak).
Dalam jangka pendek dolar AS cenderung mengalami pelemahan terhadap pasangan mata uang kuat dunia, hal ini tercermin dari posisinya yang masih bergerak di bawah rata-rata nilainya selama lima hari (moving average/MA5).
Potensi DXY berbalik arah atau menguat sesaat tetap ada, karena posisinya berada di level jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal yaitu stochastic slow.
Level 95,00 nampaknya cukup kuat sebagai penahan pelemahan (support). Sedangkan penghalang kenaikan (resistance) terdekat yang harus dilewati berada di level 95.5.
Sikap The Fed yang cenderung mengarah ke dovish terhadap kebijakan suku bunga acuannya membuat dolar AS melemah. Investor akan berani melepas dolar dan masuk ke negara yang lebih beresiko demi mendapatkan "cuan" yang lebih besar.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Damai Dagang AS-China, Euro Bangkit Ungguli Dolar AS
Pergerakan dolar AS tercermin dari posisi Dollar Index (DXY) yang mencerminkan posisi dolar dihadapan enam mata uang kuat dunia lainnya. Hingga berita ini dimuat DXY diperdagangkan pada level 95.125. DXY bergerak naik setelah gagal menembus level penahannya di 95.00.
Pergerakan DXY memang cenderung bergerak menurun sejak pertengahan Desember 2018, terlihat dari puncak-puncak grafik yang terus menurun (lower peak).
Potensi DXY berbalik arah atau menguat sesaat tetap ada, karena posisinya berada di level jenuh jualnya (oversold), mengacu pada indikator teknikal yaitu stochastic slow.
![]() |
Level 95,00 nampaknya cukup kuat sebagai penahan pelemahan (support). Sedangkan penghalang kenaikan (resistance) terdekat yang harus dilewati berada di level 95.5.
Sikap The Fed yang cenderung mengarah ke dovish terhadap kebijakan suku bunga acuannya membuat dolar AS melemah. Investor akan berani melepas dolar dan masuk ke negara yang lebih beresiko demi mendapatkan "cuan" yang lebih besar.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Damai Dagang AS-China, Euro Bangkit Ungguli Dolar AS
Most Popular