Analisis Teknikal

Rupiah Mentok di Rp 14.000/US$, Apakah Masih Bisa Menguat?

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
10 January 2019 11:10
Melihat tren yang terjadi sejak akhir Desember tahun lalu, penguatan rupiah sebenarnya dapat saja terjadi.
Foto: Arie Pratama
Jakarta, CNBC Indonesia - Secara teknikal nilai tukar rupiah masih bergerak variatif dengan kecenderungan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (US$). Hingga pukul 10:33 WIB hari ini, Kamis (10/1/2019). Rupiah menguat 0,35% pada level Rp 14.070/US$.

Melihat tren yang terjadi sejak akhir Desember tahun lalu, penguatan rupiah sebenarnya dapat saja terjadi. Dengan catatan rupiah harus melewati level penghalang yang cukup kuat secara psikologis, yaitu di level Rp 14.000/US$.

Posisi rupiah sebenarnya sudah mencapai level jenuh belinya (overbought), jika mengacu pada indikator teknikal stochastic slow. Karena itu penguatan rupiah hari ini nampaknya tidak akan melebih level Rp 14.000/US$.
Sumber: Refinitiv
Mengacu pada indikator teknikal rata-rata nilai pergerakan (moving average/MA), rupiah masih cenderung menguat jika dibandingkan dengan pergerakan dolar. Hal ini terlihat dari posisinya yang bergerak di atas garis rata-rata nilainya selama lima hari (MA5).

Penguatan rupiah terjadi sudah terjadi sejak akhir Oktober 2018, kala itu rupiah berada diperdagangkan dengan nilai Rp 15.200/dolar AS. Level tersebut menjadi titik balik sekaligus level penghalang penguatan dolar atas rupiah selama tahun 2018 kemarin.

Indikasi penguatan rupiah mulai terlihat pada pagi tadi. Rupiah dan berbagai mata uang Asia mampu memanfaatkan tekanan yang dihadapi dolar AS. Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin tidak menentu.

The Federal Reserve/The Fed dalam rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) edisi Desember 2018, mengatakan bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif.

"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulen tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/hps) Next Article Dolar Tembus Rp 14.410, Ini Situasi Money Changer di Jakarta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular