
Rupiah Boleh Ngerem, Tapi Masih Nomor 1 di Asia!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2019 10:31

Rupiah dan berbagai mata uang Asia mampu memanfaatkan tekanan yang dihadapi dolar AS. Pada pukul 10:11 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,08%.
Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin suram. Pertemuan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) berikutnya adalah pada 30 Januari. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% adalah 98,4%.
Kemudian pada rapat FOMC 20 Maret, Federal Funds Rate juga diperkirakan belum naik. CME Fedwatch mencatat kemungkinan suku bunga acuan ditahan mencapai 96,9%.
Tanpa kenaikan suku bunga acuan (setidaknya dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah. Rupiah mampu memanfaatkan tekanan ini dengan kembali mencetak apresiasi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Kemudian pada rapat FOMC 20 Maret, Federal Funds Rate juga diperkirakan belum naik. CME Fedwatch mencatat kemungkinan suku bunga acuan ditahan mencapai 96,9%.
Tanpa kenaikan suku bunga acuan (setidaknya dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah. Rupiah mampu memanfaatkan tekanan ini dengan kembali mencetak apresiasi.
(BERLANJUT KE HALAMAN 3)
(aji/aji)
Next Page
Waspadai Dinamika China!
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular