
Dibebani Hasil Negosiasi Dagang, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 January 2019 09:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini: indeks Nikkei turun 0,76%, indeks Shanghai turun 0,02%, indeks Hang Seng turun 0,27%, dan indeks Strait Times turun 0,11%.
Hasil negosiasi dagang antara AS dan China yang kurang oke membuat investor melepas instrumen berisiko seperti saham. Kementerian Perdagangan China pada hari ini mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS berlangsung ekstensif dan dalam, menghasilkan fondasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki kedua belah pihak.
Sebelumnya, US Trade Representatives (USTR) mengatakan bahwa China berkomitmen membeli lebih banyak produk asal Negeri Paman Sam, mulai dari produk pertanian, energi, hingga manufaktur.
Tidak adanya kesepakatan resmi yang ditandatangani kedua belah pihak membuat investor kecewa. Tensi perang dagang bisa kembali memanas kapan saja lantaran belum ada kesepakatan yang mengikat.
Di sisi lain, batas waktu untuk mengamankan kesepakatan dagang kian menipis. Presiden AS Donald Trump telah mengatakan bahwa dirinya akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari yang saat ini 10%, jika tak ada kesepakatan dagang yang dicapai hingga 2 Maret.
Dari kawasan regional, tekanan datang dari rilis data ekonomi di China, di mana tingkat inflasi periode Desember diumumkan di level 1,9% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,1% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Lemahnya angka inflasi menunjukkan bahwa tekanan terhadap perekonomian China terus saja berlangsung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Hasil negosiasi dagang antara AS dan China yang kurang oke membuat investor melepas instrumen berisiko seperti saham. Kementerian Perdagangan China pada hari ini mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS berlangsung ekstensif dan dalam, menghasilkan fondasi untuk menyelesaikan permasalahan yang dimiliki kedua belah pihak.
Sebelumnya, US Trade Representatives (USTR) mengatakan bahwa China berkomitmen membeli lebih banyak produk asal Negeri Paman Sam, mulai dari produk pertanian, energi, hingga manufaktur.
Di sisi lain, batas waktu untuk mengamankan kesepakatan dagang kian menipis. Presiden AS Donald Trump telah mengatakan bahwa dirinya akan menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$ 200 miliar menjadi 25% dari yang saat ini 10%, jika tak ada kesepakatan dagang yang dicapai hingga 2 Maret.
Dari kawasan regional, tekanan datang dari rilis data ekonomi di China, di mana tingkat inflasi periode Desember diumumkan di level 1,9% YoY, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,1% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Lemahnya angka inflasi menunjukkan bahwa tekanan terhadap perekonomian China terus saja berlangsung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Top! Awal Tahun Bursa Asia Hijau, Tanda akan Bangkitkah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular