Rupiah Terbaik di Asia, Tapi Harus Eling lan Waspada

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2019 08:22
Rupiah Terbaik di Asia, Tapi Harus <i>Eling lan Waspada</i>
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah dan mata uang Asia lainnya mampu memanfaatkan tekanan yang dialami greenback. 

Pada Kamis (10/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.050 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,5% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Seiring perjalanan pasar, rupiah terus menguat. Pada pukul 08:05 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.033 di mana rupiah menguat 0,62%. 


Kemarin, rupiah berhasil menguat setelah sempat terdepresiasi sejak jelang tengah hari. Padahal rupiah mampu dibuka menguat. 


Sehari sebelumnya rupiah lebih apes. Dibuka menguat dan bahkan sampai mendorong dolar AS ke bawah Rp 14.000, rupiah jatuh ke zona merah sebelum tengah hari dan bertahan di sana hingga penutupan pasar. 


Oleh karena itu, investor tetap harus mawas diri. Meski rupiah menguat saat pembukaan pasar, masih ada kemungkinan untuk berbalik arah. 

Namun sejauh ini performa rupiah masih sangat oke. Dengan penguatan 0,62%, rupiah mampu menjadi mata uang terbaik di Asia. Tidak ada mata uang Benua Kuning yang menguat lebih baik di hadapan dolar AS dibandingkan rupiah. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia pada pukul 08:07 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dolar AS tidak hanya tertekan di Asia, tetapi juga secara global. Pada pukul 08:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,1%. Dini hari tadi, pelemahan Dollar Index sempat mencapai 0,75%. 

Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif. 

"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu. 

Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin suram. Pertemuan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) berikutnya adalah pada 30 Januari. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% adalah 98,4%. 

Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah. 

Kebijakan moneter AS yang sudah tidak lagi agresif sangat tidak menguntungkan dolar AS. Oleh karena itu, kemungkinan besar dolar AS akan kehilangan gelarnya sebagai raja mata uang. 

Rupiah mampu memanfaatkan tekanan ini dengan kembali mencetak apresiasi. Namun melihat kejadian 2 hari terakhir, ada baiknya investor tetap eling lan waspada.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular