
Rupiah Terbaik di Asia, Tapi Harus Eling lan Waspada
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 January 2019 08:22

Dolar AS tidak hanya tertekan di Asia, tetapi juga secara global. Pada pukul 08:10 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif di hadapan enam mata uang utama) terkoreksi 0,1%. Dini hari tadi, pelemahan Dollar Index sempat mencapai 0,75%.
Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Sikap The Fed yang semakin hati-hati mengarah ke dovish ini membuat prospek kenaikan suku bunga acuan di AS semakin suram. Pertemuan komite pengambil kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) berikutnya adalah pada 30 Januari. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas The Fed untuk menahan suku bunga acuan di 2,25-2,5% adalah 98,4%.
Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah.
Kebijakan moneter AS yang sudah tidak lagi agresif sangat tidak menguntungkan dolar AS. Oleh karena itu, kemungkinan besar dolar AS akan kehilangan gelarnya sebagai raja mata uang.
Rupiah mampu memanfaatkan tekanan ini dengan kembali mencetak apresiasi. Namun melihat kejadian 2 hari terakhir, ada baiknya investor tetap eling lan waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Hari ini, pemberat langkah dolar AS adalah rilis data notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Desember 2018. Dalam notulensi tersebut, terlihat bahwa Jerome 'Jay' Powell dan kolega sudah menunjukkan sikap yang tidak lagi agresif.
"Banyak dari peserta rapat menyampaikan pandangan bahwa, terutama melihat perkembangan inflasi yang senyap, Komite bisa bersabar dalam hal penerapan kebijakan moneter yang lebih ketat. Beberapa peserta rapat juga menyebutkan bahwa sebelum The Fed kembali menaikkan suku bunga, ada baiknya mempertimbangkan berbagai risiko yang semakin nyata dalam beberapa bulan terakhir," papar notulensi itu.
Tanpa kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Permintaan dolar AS berkurang sehingga nilainya melemah.
Kebijakan moneter AS yang sudah tidak lagi agresif sangat tidak menguntungkan dolar AS. Oleh karena itu, kemungkinan besar dolar AS akan kehilangan gelarnya sebagai raja mata uang.
Rupiah mampu memanfaatkan tekanan ini dengan kembali mencetak apresiasi. Namun melihat kejadian 2 hari terakhir, ada baiknya investor tetap eling lan waspada.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular