
Ssst...! Swasta Punya Kans Besar Geser Inalum Beli Saham INCO
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
09 January 2019 18:46

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menyampaikan komitmennya melepas 20% sahamnya sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2014. Namun harap dicatat, investor swasta terbuka untuk ikut andil di dalamnya dengan kans yang tidak kecil.
Direktur Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak menyebutkan Vale semestinya memulai proses divestasi pada Juni 2019. Pihaknya telah menerima surat dari Vale tentang rencana penawaran saham perusahaan nikel ini ke BUMN.
Langkah Vale ini bakal mengikuti divestasi strategis PT Freeport Indonesia (PTFI) melepas sahamnya ke induk BUMN Pertambangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), memuluskan jalannya memiliki 51% saham raksasa tambang emas asal Amerika Serikat (AS) ini.
Kini pertanyaannya adalah: apakah skema serupa bakal terulang di mana Inalum akan menjalankan mandat pemerintah untuk mengambil alih saham Vale Indonesia?
Untuk mengukur peluang itu, kita harus kilas balik dulu melihat nilai akuisisi Freeport tahun lalu yang mencapai US$3,85 miliar (Rp 55,8 triliun). Ini adalah akuisisi terbesar oleh BUMN sepanjang sejarah republik, sekaligus terbesar ke-6 di Asia Tenggara dalam 1 dekade terakhir.
Guna membiayai akuisisi ini, Inalum pun menerbitkan obligasi valuta asing (global bond) senilai US$4 miliar. Ini bukan hanya obligasi valas pertama Inalum, tetapi juga yang terbesar yang pernah diterbitkan oleh BUMN.
Menurut perhitungan Moody's, akuisisi tersebut akan membuat leverage (rasio utang terhadap ekuitas/ DER) perseroan melonjak menjadi 4 kali dari posisi sebelumnya sebesar 1 kali pada 30 Juni 2018.
"Inalum akan mendapat manfaat dari skala operasi PTFI, yang melakukan penambangan di situs tambang tembaga terbesar kedua dunia dan juga tambang emas terbesar di Grasberg. Namun, risiko kredit akan naik menyusul kenaikan leverage yang cukup besar dan proyek pada modal di PTFI," tulis Analis Kepala Moody's Brian Grieser, dalam laporannya yang dipublikasikan pada 26/10/2018.
Dalam empat tahun ke depan, lanjutnya, rasio pengangsuran utang (debt service ratio/DSR) Inalum akan bergantung pada dividen tunai yang dibayarkan oleh anak usahanya dan kinerja bisnis aluminiumnya.
Di sisi lain, mengingat 20% saham INCO setara dengan 1,99 miliar dari saham beredarnya di PT Bursa Efek Indonesia (yang totalnya mencapai 9,94 miliar unit), maka biaya akusisinya mencapai Rp 6,6 triliun-mengacu pada harga tertinggi 30 hari terakhir di Rp 3.300 (8/1/2019).
NEXT
Direktur Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak menyebutkan Vale semestinya memulai proses divestasi pada Juni 2019. Pihaknya telah menerima surat dari Vale tentang rencana penawaran saham perusahaan nikel ini ke BUMN.
Untuk mengukur peluang itu, kita harus kilas balik dulu melihat nilai akuisisi Freeport tahun lalu yang mencapai US$3,85 miliar (Rp 55,8 triliun). Ini adalah akuisisi terbesar oleh BUMN sepanjang sejarah republik, sekaligus terbesar ke-6 di Asia Tenggara dalam 1 dekade terakhir.
Guna membiayai akuisisi ini, Inalum pun menerbitkan obligasi valuta asing (global bond) senilai US$4 miliar. Ini bukan hanya obligasi valas pertama Inalum, tetapi juga yang terbesar yang pernah diterbitkan oleh BUMN.
Menurut perhitungan Moody's, akuisisi tersebut akan membuat leverage (rasio utang terhadap ekuitas/ DER) perseroan melonjak menjadi 4 kali dari posisi sebelumnya sebesar 1 kali pada 30 Juni 2018.
"Inalum akan mendapat manfaat dari skala operasi PTFI, yang melakukan penambangan di situs tambang tembaga terbesar kedua dunia dan juga tambang emas terbesar di Grasberg. Namun, risiko kredit akan naik menyusul kenaikan leverage yang cukup besar dan proyek pada modal di PTFI," tulis Analis Kepala Moody's Brian Grieser, dalam laporannya yang dipublikasikan pada 26/10/2018.
Dalam empat tahun ke depan, lanjutnya, rasio pengangsuran utang (debt service ratio/DSR) Inalum akan bergantung pada dividen tunai yang dibayarkan oleh anak usahanya dan kinerja bisnis aluminiumnya.
Di sisi lain, mengingat 20% saham INCO setara dengan 1,99 miliar dari saham beredarnya di PT Bursa Efek Indonesia (yang totalnya mencapai 9,94 miliar unit), maka biaya akusisinya mencapai Rp 6,6 triliun-mengacu pada harga tertinggi 30 hari terakhir di Rp 3.300 (8/1/2019).
NEXT
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular