
Ini Alasan Kenapa IHSG Gagal Ditutup di Atas 6.300
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 January 2019 16:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Rabu ini (9/2/2019) dengan penguatan sebesar 0,15% ke level 6.272,24. Padahal, IHSG sempat menguat hingga menembus level psikologis 6.300, yakni ke level 6.311,58.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 9,74 triliun dengan volume sebanyak 15,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan mencapai 492.223 kali.
Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai naik 0,71%, indeks Hang Seng naik 2,27%, indeks Straits Times naik 0,75%, dan indeks Kospi naik 1,95%.
Optimsime investor untuk memburu instrumen berisiko seperti saham datang seiring dengan diperpanjangnya negosiasi dagang antara AS dengan China. Sejatinya, negosiasi tersebut dijadwalkan berakhir kemarin (8/1/2019) setelah dimulai pada hari Senin (7/1/2019).
"Saya mengkonfirmasi bahwa kami melanjutkan dialog esok hari," ungkap Steven Winberg, Wakil Menteri Energi AS yang membidangi energi fosil, kemarin malam seperti dikutip dari Reuters.
Melansir CNBC International, perpanjangan tersebut diambil seiring dengan adanya perkembangan terkait isu-isu seperti pembelian komoditas pertanian dan energi dari AS, serta akses yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan AS ke pasar China.
Perkembangan terbaru, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS telah selesai dilakukan dan hasilnya akan segera dirilis.
Pelaku pasar menaruh harapan besar bahwa negosiasi dagang kali ini akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Maklum, perang dagang yang selama ini berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Sentimen positif berupa damai dagang AS-China membuat satu risiko besar bagi bursa saham dunia yakni potensi penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) yang berkepanjangan menjadi diabaikan.
Dalam pidato pertamanya dari Oval Office yang ditayangkan secara langsung kepada masyarakat AS, Trump meyakinkan masyarakat soal mengapa tembok perbatasan AS-Meksiko perlu dibangun. Trump juga mendorong anggota kongres untuk segera meneken rancangan undang-undang (RUU) yang berisi anggaran untuk pembangunan tembok yang dimintanya.
Menanggapi Trump, Senate Minority Leader Chuck Schumer mengatakan bahwa partai Demokrat setuju untuk memperkuat keamanan perbatasan, namun tak setuju dengan cara yang ditempuh Trump. Dia kemudian membujuk Trump untuk menandatangani RUU (tanpa anggaran tembok perbatasan yang diminta Trump) yang akan membuat pemerintahan beroperasi kembali secara penuh, lalu kemudian negosiasi terkait masalah tembok perbatasan bisa dilakukan.
Ribut-ribut di Washington ternyata masih berlanjut. Hingga kini, pemerintahan AS sudah berjalan dengan pincang selama 18 hari. Sektor jasa keuangan ( 0,73%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,06%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,09%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,29%.
Sentimen positif yang ada dimanfaatkan investor untuk memburu saham-saham perbankan. Jika AS-China bisa mencapai kesepakatan dagang secara permanen, maka laju perekonomian dunia bisa dipacu lebih kencang. Bagi perbankan, tentu penyaluran kredit berpotensi didorong lebih deras.
Lebih lanjut, penguatan rupiah juga membuat investor pede untuk mengoleksi saham-saham perbankan. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.120/dolar AS.
Investor asing terpantau sangat kencang melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga akhir sesi 2, BBRI dibeli bersih sebesar Rp 182 miliar, terbesar dibandingkan beli bersih atas saham-saham lainnya. Sementara itu, BMRI dan BBCA masing-masing dibeli bersih sebesar Rp 67,2 miliar dan Rp 37,7 miliar.
Secara total, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 642,15 miliar di pasar saham tanah air. IHSG harus pasrah ditutup di bawah level 6.300 seiring dengan aksi jual atas saham-saham barang konsumsi. Sektor barang konsumsi anjlok hingga 1,06%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG.
Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Desember 2018 terbukti menjadi petaka bagi saham-saham barang konsumsi. Memang, angka IKK sendiri terbilang oke. IKK periode Desember 2018 diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 127, meningkat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 122,7. Posisi IKK bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Namun, tingginya angka IKK tak diimbangi dengan kian gencarnya masyarakat Indonesia dalam melakukan konsumsi. Pada bulan Desember, porsi dari konsumsi terhadap total pengeluaran hanya sebesar 67,2%, turun dari posisi November yang sebesar 68,2%. Porsi untuk cicilan pinjaman juga turun menjadi 12,3%, dari yang sebelumnya 12,8%. Sebaliknya, porsi yang digunakan untuk tabungan naik menjadi 20,4%, dari yang sebelumnya 19%.
Ada kemungkinan, masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi sampai dengan akhir tahun 2019.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,85%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,76%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,6%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,78%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Ketika Trump Pamer: New Stock Market Record!
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 9,74 triliun dengan volume sebanyak 15,39 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan mencapai 492.223 kali.
Performa IHSG senada dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,1%, indeks Shanghai naik 0,71%, indeks Hang Seng naik 2,27%, indeks Straits Times naik 0,75%, dan indeks Kospi naik 1,95%.
"Saya mengkonfirmasi bahwa kami melanjutkan dialog esok hari," ungkap Steven Winberg, Wakil Menteri Energi AS yang membidangi energi fosil, kemarin malam seperti dikutip dari Reuters.
Melansir CNBC International, perpanjangan tersebut diambil seiring dengan adanya perkembangan terkait isu-isu seperti pembelian komoditas pertanian dan energi dari AS, serta akses yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan AS ke pasar China.
Perkembangan terbaru, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa negosiasi dagang dengan AS telah selesai dilakukan dan hasilnya akan segera dirilis.
Pelaku pasar menaruh harapan besar bahwa negosiasi dagang kali ini akan membawa kedua negara satu langkah lebih dekat kepada damai dagang secara permanen. Maklum, perang dagang yang selama ini berkecamuk antar keduanya terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing.
Sentimen positif berupa damai dagang AS-China membuat satu risiko besar bagi bursa saham dunia yakni potensi penutupan sebagian pemerintahan AS (partial government shutdown) yang berkepanjangan menjadi diabaikan.
Dalam pidato pertamanya dari Oval Office yang ditayangkan secara langsung kepada masyarakat AS, Trump meyakinkan masyarakat soal mengapa tembok perbatasan AS-Meksiko perlu dibangun. Trump juga mendorong anggota kongres untuk segera meneken rancangan undang-undang (RUU) yang berisi anggaran untuk pembangunan tembok yang dimintanya.
Menanggapi Trump, Senate Minority Leader Chuck Schumer mengatakan bahwa partai Demokrat setuju untuk memperkuat keamanan perbatasan, namun tak setuju dengan cara yang ditempuh Trump. Dia kemudian membujuk Trump untuk menandatangani RUU (tanpa anggaran tembok perbatasan yang diminta Trump) yang akan membuat pemerintahan beroperasi kembali secara penuh, lalu kemudian negosiasi terkait masalah tembok perbatasan bisa dilakukan.
Ribut-ribut di Washington ternyata masih berlanjut. Hingga kini, pemerintahan AS sudah berjalan dengan pincang selama 18 hari. Sektor jasa keuangan ( 0,73%) menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi penguatan IHSG. Penguatan sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4: PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 3,06%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,09%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,29%.
Sentimen positif yang ada dimanfaatkan investor untuk memburu saham-saham perbankan. Jika AS-China bisa mencapai kesepakatan dagang secara permanen, maka laju perekonomian dunia bisa dipacu lebih kencang. Bagi perbankan, tentu penyaluran kredit berpotensi didorong lebih deras.
Lebih lanjut, penguatan rupiah juga membuat investor pede untuk mengoleksi saham-saham perbankan. Hingga sore hari, rupiah menguat 0,14% di pasar spot ke level Rp 14.120/dolar AS.
Investor asing terpantau sangat kencang melakukan aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga akhir sesi 2, BBRI dibeli bersih sebesar Rp 182 miliar, terbesar dibandingkan beli bersih atas saham-saham lainnya. Sementara itu, BMRI dan BBCA masing-masing dibeli bersih sebesar Rp 67,2 miliar dan Rp 37,7 miliar.
Secara total, investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 642,15 miliar di pasar saham tanah air. IHSG harus pasrah ditutup di bawah level 6.300 seiring dengan aksi jual atas saham-saham barang konsumsi. Sektor barang konsumsi anjlok hingga 1,06%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar bagi IHSG.
Rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Desember 2018 terbukti menjadi petaka bagi saham-saham barang konsumsi. Memang, angka IKK sendiri terbilang oke. IKK periode Desember 2018 diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) di level 127, meningkat dari capaian bulan sebelumnya yang sebesar 122,7. Posisi IKK bulan Desember menjadi yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Namun, tingginya angka IKK tak diimbangi dengan kian gencarnya masyarakat Indonesia dalam melakukan konsumsi. Pada bulan Desember, porsi dari konsumsi terhadap total pengeluaran hanya sebesar 67,2%, turun dari posisi November yang sebesar 68,2%. Porsi untuk cicilan pinjaman juga turun menjadi 12,3%, dari yang sebelumnya 12,8%. Sebaliknya, porsi yang digunakan untuk tabungan naik menjadi 20,4%, dari yang sebelumnya 19%.
Ada kemungkinan, masyarakat menahan konsumsinya seiring dengan ketidakpastian yang masih tinggi sampai dengan akhir tahun 2019.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor di antaranya: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-2,85%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,76%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,6%), dan PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (-0,78%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Ketika Trump Pamer: New Stock Market Record!
Most Popular