
Rupiah, Raja Asia yang Terkudeta
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 January 2019 16:38

Kebangkitan dolar AS tidak hanya terjadi di Asia, tetapi juga secara global. Pada pukul 16:23 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,14%.
Wajar jika dolar AS mulai menyeruak, sebab mata uang ini memang sudah agak lama teraniaya. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 0,81% sedangkan selama seminggu ke belakang koreksinya adalah 0,23%.
Ini membuat dolar AS sedikit banyak kembali atraktif. Dolar AS yang sudah melemah dalam beberapa waktu tentu menyimpan potensi rebound, karena tidak mungkin terus-menerus terkoreksi. Kebetulan hari ini adalah saatnya, dan kebangkitan dolar AS sukses membungkam mata uang Asia.
Faktor kedua yang menekan mata uang Asia adalah dialog dagang AS-China di Beijing. Awalnya, investor berharap banyak dari dialog yang berlangsung sejak kemarin dan berakhir hari ini tersebut. Itulah sebabnya rupiah cs masih bisa menguat pada perdagangan pagi hari.
Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis. Pasalnya, pertemuan ini memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters.
Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu kabar dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Wajar jika dolar AS mulai menyeruak, sebab mata uang ini memang sudah agak lama teraniaya. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 0,81% sedangkan selama seminggu ke belakang koreksinya adalah 0,23%.
Ini membuat dolar AS sedikit banyak kembali atraktif. Dolar AS yang sudah melemah dalam beberapa waktu tentu menyimpan potensi rebound, karena tidak mungkin terus-menerus terkoreksi. Kebetulan hari ini adalah saatnya, dan kebangkitan dolar AS sukses membungkam mata uang Asia.
Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis. Pasalnya, pertemuan ini memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang.
"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters.
Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu kabar dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular