Rupiah, Raja Asia yang Terkudeta

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 January 2019 16:38
Rupiah, Raja Asia yang Terkudeta
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di perdagangan pasat spot hari ini. Rupiah, dan mata uang Asia, tidak mampu mempertahankan momentum penguatan yang terjadi pada pagi hari. 

Pada Selasa (8/1/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.140 kala penutupan pasar spot. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal rupiah dibuka menguat 0,28%. Bahkan penguatan rupiah sempat menebal dan dolar AS terdorong ke bawah Rp 14.000. 


Namun itu menjadi puncak penampilan rupiah hari ini. Selepas itu, penguatan rupiah semakin berkurang dan bahkan sebelum tengah hari mata uang Tanah Air sudah tergelincir ke zona merah. Rupiah tetap di area depresiasi sampai penutupan pasar. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Tidak cuma rupiah. Mata uang Asia yang sempat menguat pun berbalik arah dan tidak berdaya menghadap dolar AS. Greenback menyapu bersih Asia, tidak ada mata uang yang mampu menguat di hadapannya. 

Won Korea Selatan menjadi mata uang terlemah di Benua Kuning. Sementara rupiah menjadi mata uang terlemah kedua. 

Rupiah yang dalam 2 hari perdagangan sebelumnya menjadi mata uang terbaik di Asia hari ini harus rela turun takhta. Sang raja Asia sudah terkudeta. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 16:21 WIB: 




(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Kebangkitan dolar AS tidak hanya terjadi di Asia, tetapi juga secara global. Pada pukul 16:23 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,14%. 

Wajar jika dolar AS mulai menyeruak, sebab mata uang ini memang sudah agak lama teraniaya. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index terkoreksi 0,81% sedangkan selama seminggu ke belakang koreksinya adalah 0,23%. 

Ini membuat dolar AS sedikit banyak kembali atraktif. Dolar AS yang sudah melemah dalam beberapa waktu tentu menyimpan potensi rebound, karena tidak mungkin terus-menerus terkoreksi. Kebetulan hari ini adalah saatnya, dan kebangkitan dolar AS sukses membungkam mata uang Asia. 

Faktor kedua yang menekan mata uang Asia adalah dialog dagang AS-China di Beijing. Awalnya, investor berharap banyak dari dialog yang berlangsung sejak kemarin dan berakhir hari ini tersebut. Itulah sebabnya rupiah cs masih bisa menguat pada perdagangan pagi hari. 

Namun mendekati pengumuman, pelaku pasar malah berbalik pesimistis. Pasalnya, pertemuan ini memang baru tahap awal, 'hanya' tingkat wakil menteri. Oleh karena itu, kemungkinan tidak ada hasil signifikan yang bisa membawa AS-China menuju damai dagang. 

"Mungkin tidak akan ada hasil yang konkret. Akibatnya, dampak dari pertemuan tidak begitu banyak menggerakkan nilai tukar," ujar salah seorang trader di pasar valas China, mengutip Reuters. 

Investor yang harap-harap cemas membuat pasar bergerak jittery (gemetar). Sembari menunggu kabar dari Beijing, tampaknya investor memilih untuk tidak terlalu berani ambil risiko.  



TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular